TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menilai Bank Indonesia atau BI perlu tetap menahan suku bunga acuan di level 4,25 persen. Pasalnya, perekonomian dalam negeri dinilai belum siap menghadapi kenaikan suku bunga acuan tersebut.
Kepala Peneliti Kajian Makroekonomi dan Kebijakan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Febrio Kacaribu mengatakan aset rupiah saat ini sudah terlalu murah dan investor global akan mulai membeli lagi aset rupiah. Di sisi lain, ucap dia, indikator sektor riil, inflasi inti April (year-on-year) dan pertumbuhan konsumsi pada triwulan pertama menunjukkan konsumsi rumah tangga masih relatif lemah.
Baca: BI: Defisit Neraca Perdagangan April 2018 USD 1,63 Miliar
"Keputusan untuk menaikkan suku bunga acuan dapat memperlambat pertumbuhan kredit serta menghambat pencapaian target inflasi dan pertumbuhan dalam negeri," ujar Kacaribu dalam keterangannya yang diterima Tempo, Kamis, 17 Mei 2018.
Belakangan, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang cukup kuat dan kondisi neraca perdagangan Indonesia yang mengalami defisit pada April 2018 mendorong terjadinya aksi jual rupiah. Hal tersebut menyebabkan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sebesar 1,8 persen dalam sebulan terakhir.
Sentimen negatif terhadap nilai tukar rupiah ini menimbulkan tekanan bagi Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate, terutama dari pelaku di pasar valas dan perbankan.
Bank Indonesia menggelar rapat Dewan Gubernur BI pada 16-17 Mei 2018. Hari ini, Kamis, 17 Mei 2018, BI akan mengumumkan hasil RDG tersebut. Salah satunya memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau tetap mempertahankan di level 4,25 persen.
LPEM FEB UI menilai BI perlu mempertahankan suku bunga acuan paling tidak sampai Juni 2018 seusai kenaikan Fed Funds Rate yang kedua tahun ini pada bulan Juni. "Di samping itu, kami juga memandang BI perlu menambah usaha stabilisasi nilai tukar rupiah lewat intervensi di pasar valas," ujar Kacaribu.