TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan teror yang terjadi di Indonesia dalam beberapa hari terakhir ini tak akan mengganggu status Indonesia sebagai negara layak investasi.
Darmin menuturkan, situasi di dalam negeri masih terkendali. Pelaku pasar dianggap mengetahui hal yang sama. "Tentu orang kaget-kaget juga. Tapi kan orang akan lihat situasinya baik terkendali kok. Kecuali kemudian ada perlawanan bersenjata boleh orang risau," kata dia di Kompleks Istana Negara, Jakarta, Rabu, 16 Mei 2018.
Baca juga: Subsidi BBM Ditambah Rp 10 T, Darmin Pastikan Ajukan APBNP 2018
Sejumlah teror terjadi dalam beberapa hari terakhir ini. Serangan pertama berupa pengeboman tiga gereja di Surabaya pada Ahad, 13 Mei 2018. Sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan empat anak menyebar ke tiga lokasi untuk meledakkan dirinya di Gereja Kristen Indonesia Jalan Diponegoro, Gereja Santa Maria Ngagel, dan Gereja Pantekosta Jalan Arjuno.
Peristiwa itu terjadi berselang lima hari dari kerusuhan di Mako Brimob yang dilakukan narapidana teroris pada Selasa malam, 8 Mei 2018. Kejadian yang berlangsung selama 36 jam ini menewaskan satu tahanan teroris serta lima personel polisi.
Sehari setelah bom bunuh diri di gereja di Surabaya, tindakan yang sama dilakukan di Mapolrestabes Surabaya. Bom bunuh diri di markas polisi ini dilakukan sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan tiga anak. Seluruh anggota keluarga tewas di tempat kecuali seorang anak perempuan yang selamat. Dia terpental dari motor yang dikendarai ayahnya.
Malamnya terjadi beberapa ledakan di salah satu rumah di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, Jawa Timur. Ledakan itu mengakibatkan tiga orang mengalami luka-luka.
Hari ini, teror kembali terjadi. Markas Kepolisian Daerah Riau diserang oleh empat orang pada pagi, 16 Mei 2018. Satu polisi Ipda Auzar dilaporkan meninggal seusai ditabrak mobil yang dikendarai teroris.
Menurut Darmin Nasution, situasi seperti sekarang juga tidak akan mempengaruhi peringkat Indonesia dalam bidang investasi. Lembaga pemeringkat investasi dinilai memahami kondisi Indonesia yang masih terkendali. "Mereka lebih mengerti lagi (mengenai situasi saat ini)," ujarnya.