TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menyanggupi menerapkan sistem information and technology (IT) di setiap pipa (nozzle) pengisian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Pelaksana Tugas Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pemasangan sistem IT dapat mendata penyaluran volume BBM bersubsidi secara akurat.
"Dengan IT di setiap nozzle, volume yang didistribusi akan lebih akurat dan bisa real time. Kita concern supaya subsidi tepat sasaran," kata Nicke saat konferensi pers di gedung Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), Tendean, Jakarta Selatan, Rabu, 16 Mei 2018.
Menurut Nicke, penerapan sistem IT itu diperlukan agar distribusi BBM bersubsidi tepat sasaran. Nicke memaparkan, sistem itu memudahkan Pertamina untuk verifikasi data penyaluran BBM bersubsidi.
Simak: Antisipasi Lebaran, Pertamina Tambah Stok BBM
Sebab, selama ini BPH Migas mengecek volume distribusi BBM bersubsidi secara acak (random check). Dari tujuh ribu SPBU, BPH Migas hanya mampu mendeteksi distribusi BBM di 200-400 SPBU.
Pertamina menyetujui pembangunan sistem IT. Nicke berujar, Pertamina, BPH Migas, dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) segera membentuk kelompok kerja (working group). Nicke tak menutup kemungkinan untuk menggandeng Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berkompeten dan berpengalaman mengembangkan sistem IT.
Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa mengatakan, tiga kementerian sepakat menerapkan sistem IT di setiap nozzle BBM bersubsidi. Ketiganya adalah Kementerian Keuangan, Kementerian ESDM, dan Kementerian BUMN. Dengan sistem IT, menurut Fanshurullah, data penyaluran BBM bersubsidi langsung terkoneksi ke tiga kementerian tersebut.
Mengenai pola investasi dan aspek lain penerapan sistem IT akan dibicarakan lebih lanjut. "Yang penting komitmen dulu. Kita ingin ini tidak mengulang kembali sistem radio frequency identification (RFID) yang tidak jadi dilaksanakan tahun lalu," ujarnya.