TEMPO.CO, Jakarta- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut naiknya nilai impor merupakan efek dari meningkatnya realisasi pembangunan infrastruktur.
"Itu pasti membutuhkan barang modal dan barang baku. Karena pembangunan infrastruktur realisasinya makin banyak, mau tidak mau impor naik karena banyak sekali yang tidak dihasilkan dalam negeri," tutur dia di Kantor Kemenko Perekonomian, Selasa, 15 Mei 2018.
Baca: BPS: Nilai Impor April 2018 Naik 11,28 Persen
Seperti diketahui sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis kenaikan tajam nilai impor pada April 2018 mencapai US$16,09 miliar atau naik sebesar 11,28 persen dibandingkan Maret 2018. BPS juga menyebut impor barang baku pada Januari-April 2018 sebesar 74,58 persen, barang modal 16,34 persen, serta barang konsumsi 9,08 persen.
Meski impor meningkat, kata Darmin, dari segi perkembangan ekonomi tetap menimbulkan tren yang positif. Soalnya, peningkatan realisasi pembangunan infrastruktur berdampak juga pada peningkatan investasi dari swasta.
"Sehingga pertumbuhan pembentukan modal domestik bruto lebih tinggi. Ditambah juga dengan investasi swasta pada proyek-proyek infrastruktur," kata Darmin.
Darmin menyebut meski kenaikan nilai impor menimbulkan tren positif, pemerintah harus tetap berupaya untuk meningkatkan ekspor, bukan malah menekan impor.
Hal itu perlu dilakukan lantaran jika kenaikan impor dibiarkan tetap berlanjut, menurut Darmin, dampaknya tidak akan baik terhadap neraca pembayaran."Kalau impornya yang ditekan sama saja memukul pertumbuhan berikutnya. Ekspor harus didorong lagi," ujar dia.
Selain impor, dalam rilisnya, BPS mencatat nilai ekspor April 2018, sebesar US$ 14,47 miliar. Angka ini turun sebesar 7,18 persen dibandingkan periode Maret 2018 yang mencapai US$ 15,59 miliar. Namun, angka ini tumbuh 9,01 persen secara tahunan (yoy).