TEMPO.CO, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) meresmikan pencatatan saham perdana atau IPO PT Surya Pertiwi Tbk. hari ini. Dengan demikian perusahaan tersebut resmi sebagai emiten ke-12 atau perusahaan ke-577 yang melantai di pasar modal.
Presiden Direktur PT Surya Pertiwi Tbk, Tjahjono Alim, mengatakan bahwa setelah sahamnya resmi tercatat di BEI diharapkan Perseroan akan semakin meningkatkan penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance atau GCG).
"Kami harapkan perusahaan semakin jaya dan semakin good governance-nya, transparan, competitively. Kami juga yakin perusahaan akan semakin berkembang," kata Tjahjono dalam sambutannya di Gedung BEI, Jakarta Selatan pada Senin, 14 Maret 2018.
Baca: Go-Jek Belum Juga IPO, Ini Kata Dirut BEI
Pada pencatatan perdana ini, saham SPTO naik 10,34 persen atau 120 poin ke level ke Rp 1.280. Saham SPTO ditransaksikan sebanyak 5 kali dengan volume sebanyak 710 lot dan menghasilkan nilai transaksi Rp 90,84 juta.
Melalui Initial Public Offering (lPO), Perseroan yang berkode saham SPTO ini menawarkan 700 juta saham baru atau sekitar 26 persen dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan. Jumlah saham tersebut termasuk saham yang ditawarkan kepada karyawan melalui program Employee Stock Allocation (ESA).
Dengan harga Rp 1.160 per saham, Perseroan meraih dana sekitar Rp 812 miliar sebelum dikurangi biaya emisi saham. Selama masa penawaran umum pada 4 - 8 Mei 2018, respons dari investor publik sangat positif. Hal itu dibuktikan dengan saham SPTO yang mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 38 kali. Bertindak sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek dalam lPO ini adalah PT. Ciptadana Sekuritas Asia.
Tjahjono mengatakan bahwa dana lPO yang diperoleh akan digunakan untuk memperbaiki struktur modal melalui pelunasan utang, belanja modal. Perbaikan itu dilakukan dengan menambah kapasitas produksi pabrik perusahaan anak Perseroan, yakni Surya Pertiwi Nusantara (SPN) di Surabaya sebanyak 2 lini produksi hingga 2020, dan modal kerja.
Adapun (SPN) memproduksi barang-barang saniter merek TOTO dan melayani pelanggan di daerah Surabaya dan kawasan timur Indonesia. SPN memiliki kapasitas produksi sekitar 500 ribu unit per tahun dan dapat menampung 10 lini produksi serta akan mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah sekitar.
Sebelumnya Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis emiten-emiten baru tahun ini akan tetap mampu mendulang dana yang cukup sesuai dengan target masing-masing melalui aksi penawaran umum perdana (IPO) saham tahun ini. Tito Sulistio, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia, mengatakan pihaknya selalu mendorong emiten sedini mungkin menggelar penawaran umum perdana saham.