TEMPO.CO, Tulungagung – Pertamina menambah pasokan tabung LPG ukuran tiga kilogram untuk memenuhi lonjakan kebutuhan bulan ramadhan. Masyarakat juga diminta tak menjadi tengkulak dengan memborong dan menyimpan tabung subsidi tersebut untuk menjaga pasokan di lapangan.
Officer Communication & CSR Pertamina Jatimbalinus, Eddie Mangun mengatakan Pertamina telah mengantasipasi lonjakan kebutuhan LPG khususnya ukuran tiga kilogram mulai bulan ini. “Untuk wilayan Tulungagung pasokan kami tambah 126 persen pada bulan Mei,” kata Eddie saat memantau ketersediaan LPG di pangkalan dan agen Tulungagung, Jumat 11 Mei 2018.
Saat ini terdapat sedikitnya 26.320 tabung LPG ukuran tiga kilogram yang beredar di seluruh pangkalan maupun agen di Tulungagung. Penambahan pasokan ini diharapkan bisa membantu kebutuhan masyarakat yang diperkirakan meningkat pada bulan puasa.
Simak: Lebaran, Pertamina Tambah Pasokan BBM
Meski tingkat konsumsi di masyarakat, terutama umat Muslim berkurang selama bulan puasa, namun aktivitas memasak mereka cukup tinggi. Bahkan keberadaan pedagang makanan yang membludak turut mempengaruhi peningkatan kebutuhan LPG harian.
Tak hanya di kawasan Tulungagung, penambahan pasokan ini juga dilakukan di seluruh agen maupun pangkalan di Kota Blitar. Dari quota normal sebanyak 34.000 tabung, kini mengalami penambahan sebanyak 20.700 tabung ukuran tiga kilogram. “Penambahannya 50 persen lebih,” kata Eddie.
Dia juga meminta kepada masyarakat khususnya pengecer untuk tidak memanfaatkan momentum ramadhan ini dengan mengambil keuntungan. Misalnya memborong tabung atau menaikkan harga hingga di luar batas kewajaran. Kemungkinan ini, menurut Eddie, sangat terbuka mengingat kebutuhan tabung LPG subsidi ini sangat besar.
Apalagi hingga saat ini kampanye Pertamina penggunaan tabung kemasan 5,5 kilogram atau yang dikenal dengan tabung pink belum mendapat respon positif. Masyarakat menengah atas cenderung tetap memburu tabung melon yang diperuntukkan masyarakat miskin. “Itu juga menambah beban kebutuhan tabung subsidi menjadi besar,” keluh Eddie.
Di lapangan, harga tabung melon ini cukup bervariasi. Sejumlah pengecer telah menaikkan harga jual tabung hingga Rp 22.000. Padahal harga normal yang dijajakan pengecer biasanya hanya Rp 17.500 – 18.000 per tabung.
Jarwo, salah satu pengecer di Blitar mengaku memanfaatkan peningkatan kebutuhan tabung ini dengan menaikkan laba. Jika pasokan tabung di tempatnya habis, dia memburu tabung melon di pengecer lain dan menjualnya dengan selisih harga Rp 2.000 lebih mahal. “Untung sedikit,” katanya. HARI TRI WASONO