TEMPO.CO, JAKARTA – Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi ingin kinerja ekspor melalui sektor transportasi laut, terutama di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, meningkat. Hal ini bertujuan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing sektor logistik di pasar internasional.
“Kita memang ingin Pelabuhan Tanjung Priok ini menjadi tempat yang memberikan suatu layanan yang maksimal yang baik kepada masyarakat, terutama dunia logistik,” kata Budi dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo pada Kamis, 10 Mei 2018.
Pada 2016, peringkat indeks konektivitas Indonesia di sektor transportasi laut naik ke posisi 75 dibanding tahun sebelumnya pada posisi 82. Peningkatan indeks tersebut mencerminkan adanya peningkatan pelayanan yang diberikan Indonesia.
Simak: Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi Janji Pangkas Dwelling Time
Selain itu, untuk mendukung peningkatan ekspor, Budi menyebutkan perlunya prasarana yang memadai guna mendukung peningkatan ekspor di Indonesia, seperti Pelabuhan Tanjung Priok.
“Bicara mengenai ekspor kita harus tentukan prioritas, yaitu Pelabuhan Tanjung Priok difungsikan sebagai regional gate way karena saat ini lebih dari 60 persen peti kemas di Indonesia sudah melewati Tanjung Priok,” ujarnya.
Budi juga mengatakan pihaknya telah melakukan upaya untuk mendorong peningkatan ekspor, di antaranya melalui peningkatan sistem, penyediaan sumber daya manusia, dan koordinasi dengan stakeholder terkait.
Saat ini, Kementerian Perhubungan telah menyiapkan sistem Inaportnet, yakni sistem layanan tunggal berbasis Internet yang mengintegrasikan sistem informasi kepelabuhanan. Inaportnet dapat diakses bersamaan dengan sistem lain, seperti Indonesia National Single Window (INSW). Selain itu, Kementerian Perhubungan menyediakan SDM yang andal untuk Inaportnet.
“Kita pastikan bahwasanya SDM yang kita tugaskan untuk pekerjaan ini yang nomor satu,” ucap Budi. Selain itu, Budi menyatakan siap mengkoordinasi dengan stakeholder terkait.
“Saya siap menjadi fasilitator bagi semua pihak,” tuturnya.
Saat ini, Indonesia mengusung proses perizinan ekspor dengan satu pintu atau disebut dengan INSW, yang akan memiliki sistem elektronik yang terintegrasi secara nasional dan dapat diakses melalui jaringan Internet. Sistem ini meliputi sistem kepabeanan, perizinan, kepelabuhanan/kebandarudaraan serta sistem lain yang terkait dengan proses pelayanan dan pengawasan kegiatan ekspor dan impor. Dengan adanya sistem perizinan yang terintegrasi, proses ekspor diharapkan dapat berjalan lebih efisien.
Budi juga menjelaskan, saat ini, barang industri yang menduduki peringkat pertama pengangkutan melewati laut adalah kelapa sawit dengan jumlah 30 juta ton per tahun.
“Dari hasil identifikasi, barang yang paling banyak diangkut di Indonesia itu pertama kelapa sawit dan kedua itu pulp dan kertas. Kalau kita bisa konsolidasikan dengan mengajak pelaku industri kelapa sawit, bagaimana metode pengangkutan dari mana ke mana. Kalau itu bisa ditentukan, mungkin akan menguntungkan bagi dunia angkutan (logistik) kita,” katanya.
Saat ini, lebih dari 50 persen tujuan ekspor Indonesia masih didominasi negara tujuan ekspor tradisional, yaitu di kawasan Amerika Utara, Eropa, dan Asia Timur. Karena itu, perlu diciptakan pasar baru dengan tujuan ekspor meliputi Asia Selatan, Timur Tengah, dan Benua Afrika.