TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK hari ini bertemu dengan delegasi parlemen Uni Eropa untuk hubungan luar negeri (AFET) serta untuk hubungan dengan negara Asia Tenggara dan ASEAN (DASE) di kantornya. JK menuturkan minyak kelapa sawit menjadi salah satu topik pembahasan pertemuan tersebut.
"Kami beri penjelasan menghindari masalah yang kurang tepat, seperti masalah palm oil," kata JK di kantornya, Jakarta, Rabu, 9 Mei 2018.
Baca: Kunjungan ke Riau, Jokowi Akan Saksikan Peremajaan Sawit Rakyat
Lebih jauh, JK meminta parlemen Uni Eropa tidak menganggap kelapa sawit sebagai komoditas semata. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia mempekerjakan jutaan orang. Jika produksinya dilarang oleh Uni Eropa, kemiskinan di Indonesia akan meningkat.
Dampak tersebut, menurut JK, bertentangan dengan target pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang dicetuskan Persatuan Bangsa-Bangsa dan dilakukan 193 negara. Salah satu poin SDG adalah memberantas kemiskinan.
"Bagi kami, palm oil merupakan komoditas yang punya konsep label intensif sehingga apabila itu berkurang, akan menimbulkan kemiskinan. Padahal semua negara ingin SDG. Maka akan merusak program SDG," ujar JK.
Parlemen Uni Eropa berencana membatasi penggunaan minyak kepala sawit dari Indonesia. Mereka menilai produksi komoditas tersebut menyebabkan deforestasi dan kebakaran hutan. Produksi tersebut bertentangan dengan resolusi parlemen Uni Eropa mengenai biodiesel energi terbarukan 2021 yang dikeluarkan pada 4 April 2017.
Rancangan resolusi tersebut sampai saat ini belum dapat dilaksanakan. Parlemen Uni Eropa harus melakukan trialog dengan Komisi Eropa dan Dewan Eropa untuk mencapai kata sepakat. Setelah disetujui, resolusi itu harus diterapkan negara anggota Uni Eropa.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan pertemuan dengan delegasi parlemen Uni Eropa merupakan salah satu upaya menyelamatkan minyak kelapa sawit Indonesia. Pertemuan konsisten ini penting dilakukan sebelum ada kesepakatan di trialog. "Harapannya, di akhir proses trialog ini akan menghasilkan keputusan yang win-win (saling menguntungkan)," katanya.
Chair of AFET David McAllister mengatakan pihaknya terus mencari solusi terbaik terkait dengan masalah minyak kelapa sawit tersebut. Menurut dia, ini merupakan isu sensitif, baik bagi Indonesia maupun Uni Eropa. Indonesia merupakan produsen terbesar minyak kelapa sawit. Sementara pihaknya ingin memastikan produk yang digunakan berkelanjutan bagi lingkungan.
"Proses koordinasi yang kompleks di trialog sedang berjalan dan kami berusaha mencari solusi yang bisa diterima kedua pihak," ujar David. Yang terpenting, menurut dia, solusi sawit berkelanjutan bisa dirasakan oleh manusia dan dunia.