TEMPO.CO, Mataram - Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat NTB pada triwulan I-2018 dibanding periode yang sama tahun 2017 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -0,33 persen. Kontraksi tertinggi terjadi pada kategori Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian sebesar -20,29 persen. Hal ini juga tergambar dari sisi PDRB Pengeluaran dimana Komponen Ekspor Luar Negeri mengalami kontraksi paling tinggi yaitu -22,46 persen.
Dibanding triwulan IV - 2017, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB pada triwulan I-2018 (q to q) mengalami kontraksi hingga -6,10 persen, dimana kontraksi tertinggi terjadi pada Kategori Pertambangan dan Penggalian yang mencapai -27,41 persen. Dari sisi PDRB Pengeluaran tergambar komponen Ekspor Luar Negeri yang mengalami kontraksi sebesar -31,63 persen. '
'Demikian pertumbuhan ekonomi NTB tanpa tambang bijih logam -1,11 persen,'' kata Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi NTB Endang Tri Wahyuningsih melalui Berita Resmi Statistik NTB di kantornya, Senin 7 Mei 2018 siang.
Menurutnya, dibanding triwulan I - 2017 tanpa tambang tumbuh 4,34 persen dan dibanding triwulan IV - 2017 minus 1,11 persen.
Simak: Ekonomi NTB Minus Karena Menurunnya Produksi Amman
Perekonomian Provinsi NTB berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku triwulan I-2018 mencapai Rp 29,70 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 21,84 triliun.
Endang Tri Wahyuningsih juga menyebutkan bahwa indeks tendensi konsumen NTB Triwulan I-2018 bernilai 104,75. ''Hal ini memberi gambaran bahwa masyarakat merasa perekonomian mereka sedikit lebih baik dibandingkan triwulan IV-2017,'' ujarnya.
Optimisme konsumen triwulan I-2018 didasari oleh meningkatnya indeks Pengaruh Inflasi terhadap konsumsi (106,14), Indeks Pendapatan Kini (104,97) dan sedikit peningkatan pada Indeks Volume Konsumsi (102,49).
Konsumen memperkirakan bahwa kondisi ekonomi pada triwulan II-2018 akan lebih baik dibandingkan triwulan I-2018 dengan ITK Mendatang sebesar 117,81. Selanjutnya ia mengemukakan bahwa pendapatan konsumen pada triwulan II-2018 akan meningkat karena Tunjangan dan Bonus biasanya diberikan saat hari raya Idul Fitri yang akan terjadi di triwulan tersebut. Indeks pendapatan mendatang bernilai 131,80 dipicu oleh persepsi tersebut. Ada kecenderungan konsumen memilih menunggu untuk melakukan pembelian barang tahan lama di triwulan II-2018 dengan indeks 93,28.
I