TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memprediksi bahan makanan dan pakaian jadi akan mengerek inflasi yang cukup besar pada bulan Mei. Khusus bahan makanan dan pakaian itu, menurut Bhima, bakal menyumbang inflasi hingga 0,6 persen secara bulanan atau 3,6 persen secara tahunan menjelang bulan Ramadan.
"Selain itu, ada faktor imported inflation, yakni naiknya bahan baku dan biaya produksi akibat pelemahan nilai tukar rupiah," ujar Bhima saat dihubungi Tempo pada Kamis, 3 Mei 2018.
Baca: Inflasi Rendah, Gubernur BI: Tingkat Konsumsi Masyarakat Membaik
Selain kedua hal tersebut, ujar Bhima, pemerintah juga harus memperhatikan administered price karena tren harga minyak dunia masih cukup tinggi. "Imbas ke harga BBM non subsidi akan membuat biaya logistik lebih mahal," ujarnya.
Untuk itu, lanjut Bhima, pemerintah harus cermat mengendalikan pasokan pangan, khususnya bahan makanan yang secara musiman, harganya naik saat bulan puasa.
Kemarin, Rabu, 3 Mei 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi pada April 2018 sebesar 0,1 persen. Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan angka tersebut masih baik dan sesuai dengan target pemerintah, yakni 3,5 persen plus minus satu.
Menjelang puasa, Darmin juga memastikan pemerintah akan senantiasa menjaga harga pangan. Terutama untuk komoditas yang rentan mengalami kenaikan harga menjelang puasa dan Lebaran. “Kalau beras, akan kami dorong lebih turun lagi. Daging terutama. Jadi memang secara keseluruhan kita belum tahu," ujarnya Darmin di kantornya, Jakarta Pusat, Rabu, 2 Mei 2018.
Walaupun peran komoditas itu terhadap inflasi tidak besar, menurut Darmin biasanya harga cabai itu bakal bergerak naik. "Tapi, karena beras dan daging, arahnya kami coba turunkan pada bulan puasa dan Lebaran, inflasinya enggak tinggi,” katanya.
ZARA AMELIA