TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) (Persero) Suprajarto menyebut kasus skimming atau penggandaan informasi kartu ATM tidak hanya menimpa nasabahnya, tetapi juga bank lainnya. Meski begitu, Suprajarto mengatakan nasabah BRI paling rentan menjadi korban skimming.
"Nasabah kami sangat besar, 70 juta nasabah dengan 25 ribu ATM yang tersebar luas. Kalau bicara skimming kami akan kena hit lebih besar karena ATM kami tersebar ke (area) remote-remote yang tak terjangkau pengawasannya," kata Suprajarto di Wisma BRI, Jakarta Selatan pada Kamis, 3 Mei 2018.
Baca juga: Cegah Skimming, BRI Bagikan 7 Tips Aman Bertransaksi di ATM
Sebelumnya, 33 nasabah BRI di Kediri, Jawa Timur diduga menjadi korban skimming. Dana nasabah tersebut hilang secara tiba-tiba saat hendak melakukan transaksi di ATM. Rata-rata uang mereka berkurang mulai Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta. Polda Metro Jaya telah membekuk komplotan pelaku skimming yang diduga merupakan dalang kasus di Kediri.
Suprajarto mengatakan pihaknya bekerja sama dengan kepolisian telah menangani kasus tersebut dengan cepat. Hal itu untuk menjaga tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BRI.
Berbagai upaya BRI dalam menangani kasus tersebut di antaranya adalah dengan mempercanggih teknologi anti skimming dan anti fraud (penipuan), migrasi kartu ATM berbasis chip, bekerja sama dengan pihak kepolisian dan perbankan lainnya, serta mensosialisasikan kepada nasabah terkait cara bertransaksi yang aman.
"Sehingga dengan cepatnya kami atasi hal itu reputasi kami tidak terlalu terganggu, ini memberi keyakinan pada masyarakat bahwa BRI serius menangani masalah," kata Suprajarto.
Tidak hanya BRI, kasus skimming juga menimpa nasabah lainnya seperti nasabah Bank Mandiri. Berdasarkan keterangan yang dihimpun Tempo dari beberapa nasabah, rata-rata saldo rekening nasabah yang berkurang secara misterius sebesar Rp 1-2 juta. Adit, salah satu nasabah Bank Mandiri, misalnya, mengaku saldonya berkurang Rp 1 juta lebih. Hal itu diketahui setelah dia menerima pemberitahuan melalui SMS banking pada Sabtu, 17 Maret lalu. "Padahal saya tidak pernah melakukan transaksi," kata dia.