TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM Thomas Lembong menyiapkan dua strategi untuk menjaga realisasi investasi tetap baik di tengah menguatnya dolar Amerika Serikat terhadap mata uang di dunia, termasuk Indonesia.
Pertama, BKPM akan fokus menyasar mega proyek dan kedua, menggenjot investasi di Pulau Jawa. "Menggenjot investasi ini yang paling gampang, meski membangun Indonesia dari pinggiran tetap jadi prioritas. Tapi demi menjaga realisasi, saya terpaksa harus fokus di Pulau Jawa untuk jangka pendek," ujar Thomas Lembong di kantornya pada Senin, 30 April 2018.
Simak: BKPM: Realisasi Investasi Kuartal I Naik Jadi Rp 185 Triliun
Thomas mengungkapkan, foreign direct investment atau FDI Indonesia dalam empat tahun terakhir ini, diselamatkan oleh investasi besar-besaran di shelter terutama nikel dan bisnis e-commerce atau digital ekonomi. "Kebetulan dua sektor ini kebanyakan pelaku utamanya dari Tiongkok, kebanyakan di Morowali dan Maluku,"
Untuk mega proyek di Morowali dan Maluku, ujarnya, sudah menghasilkan lebih dari USD3 miliar dan ke depannya diproyeksikan akan mencapai USD5 sampai 10 miliar.
Kemudian, ujarnya, e-commerce seperti Gojek, Grab, Tokopedia, Bukalapak dan Traveloka dinilai sangat penting dan menyumbangkan arus modal besar. "Terus terang saja, 90 persen arus modal e-commerce itu masuknya ke Jakarta. Jadi, kalau mau realistis menjaga investasi, saya harus fokus di Jawa," ujar Kepala BKPM tersebut.