TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah kondisi pelemahan rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terus memburuk, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menilai Bank Indonesia tak bisa lagi mempertahankan suku bunga acuan di level 4,25 persen. "BI harus melakukan penyesuaian kenaikan bunga untuk menjaga rupiah tidak semakin melemah," ucap Hariyadi saat dihubungi Tempo, Senin, 30 April 2018.
Sepanjang pekan lalu, rupiah, bersama mata uang sejumlah negara lain, anjlok hingga menyentuh level 14.000 per dolar Amerika Serikat. Hal tersebut diikuti oleh kinerja bursa yang terseret, sehingga IHSG jeblok di bawah level 6.000.
Baca: Rupiah Melemah, Indef: Sebagian Besar karena Fundamental Ekonomi
Di pasar spot, nilai tukar rupiah pagi ini menguat 16 poin atau 0,12 persen ke level 13.877 per dolar AS seiring pergerakan IHSG pada pembukaan perdagangan hari ini. Adapun kurs tengah BI menunjukkan rupiah di level 13.879 per dolar AS pada akhir pekan lalu.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam juga mengatakan hal serupa. Menurut dia, BI harus menaikkan suku bunga acuan setidaknya 25 basis poin. "Pada April kemarin, BI mencoba test the water. BI ingin melihat reaksi pasar. Tapi sialnya, setelah BI menahan suku bunga acuan, perkembangan global tidak kondusif," ujar Piter saat dihubungi terpisah.
Jika BI terus mempertahankan suku bunga di tengah menguatnya tekanan global, tutur dia, pelemahan rupiah yang terus terjadi berpotensi menyebabkan kekhawatiran pasar yang akan berimbas pada kinerja emiten, yang akhirnya diikuti anjloknya saham.
"Saya memprediksi BI menaikkan suku bunga acuan pada Mei nanti. Kenaikan suku bunga acuan akan menjaga interest rate differential sekaligus mengurangi capital outflows, sehingga gejolak rupiah bisa dikurangi," tutur Pieter.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyatakan peluang menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate terbuka. Tapi BI akan melakukan kajian lebih dulu guna meyakini bahwa kondisi ekonomi tidak mengarah pada membahayakan stabilitas sistem keuangan sebelum menaikkan suku bunga.
"Kalau ada kemungkinan inflasi mengarah keluar dari target dan stabilitas keuangan membahayakan, kami siap menaikkan suku bunga," ujar Agus mengomentari soal pelemahan rupiah saat ditemui di Masjid Baitul Ihsan, kompleks BI, Jakarta, pada Jumat, 27 April 2018.