TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia Era Purnama Sari menemukan, rata-rata buruh harian lepas di perusahaan kelapa sawit melibatkan istri dan anak untuk membantunya bekerja mencapai target. Rata-rata target panen kelapa sawit sekitar 1.200-2000 kilogram per hari untuk satu buruh.
"Pada akhirnya karena harus memenuhi target yang tinggi, mereka terpaksa melibatkan keluarga," kata Era usai diskusi mengenai persoalan buruh kelapa sawit di Bakoel Koffie Cikini, Jakarta Pusat, Minggu, 29 April 2018.
Baca: YLBHI: Perbudakan Buruh Kelapa Sawit Terjadi di Perusahaan BUMN
Era mengatakan, praktik itu terjadi salah satunya di perusahaan naungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bernama Perusahaan Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN VI Ophir. Lokasi perusahaan di Nagari Koto Baru, Kecamatan Kinali, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat.
Menurut Era, ada juga perempuan yang bekerja di bagian perawatan dengan tugas menyemprot kebun. Buruh perempuan itu harus membeli alat semprot sendiri dengan sistem bayar cicil ke perusahaan. Perusahaan tidak menyediakan masker.
Soal buruh anak, akademisi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia Samuel Gultom memaparkan ada batasan anak untuk bekerja, yakni tidak mengganggu waktu sekolah. Ketentuan itu tertuang dalam konvensi International Labour Organisation.
"Tapi untuk sektor-sektor yang berbahaya terhadap buruh anak tidak boleh. Setau saya perkebunan salah satunya. Jadi, seharusnya tidak boleh ada orang di bawah 18 tahun bekerja di perkebunan karena bertentangan dengan konvensi buruh anak," jelas Samuel.
Sekretaris Jenderal Serikat Buruh Perkebunan (Serbundo) Natal Sidabutar mengutarakan, salah satu persoalan buruh, yakni status kerjanya sebagai buruh tidak tetap atau disebut buruh harian lepas. Untuk mencapai target, mayoritas buruh meminta bantuan dari keluarganya.
Bahkan, ada buruh yang mempekerjakan orang lain. Menurut Natal, perusahaan tidak menanggung upah keluarga atau orang lain yang direkrut buruh. "Buruh berstatus tidak menetap ini lebih banyak didominasi oleh buruh-buruh perempuan yang bekerja di bidang peralatan," ujar Natal.
Baca berita mengenai kelapa sawit di Tempo.co.