TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fahri Hamzah mengatakan kredibilitas politik mempengaruhi nilai kurs mata uang rupiah. Kredibilitas sistem dan penyelenggaraan negara pun berpengaruh pada melemahnya rupiah.
Pernyataan ini menanggapi melemahnya nilai tukar rupiah yang terjadi belakangan ini. Nilai tukar rupiah mengalami tren penurunan. Bahkan rupiah mencapai angka 14 ribu per dolar Amerika Serikat pada akhir April 2018.
"Jadi mungkin pemerintah tidak paham bahwa kredibilitas politik itu berpengaruh pada kurs mata uang," ucap Fahri saat dihubungi Tempo, Jumat, 27 April 2018.
Simak: Rupiah Melemah, Darmin Minta Bank Indonesia Ambil Langkah
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore, bergerak menguat tipis senilai satu poin menjadi 13.874 dibanding posisi sebelumnya 13.875 per dolar Amerika.
Baca Juga:
Menurut Fahri, pemerintah tidak memiliki desain yang solid mengenai cara membangun optimisme pasar. Fahri berujar, Presiden Joko Widodo alias Jokowi juga tak menepati janji politiknya.
Alhasil, respons politik terhadap Jokowi melemah. Faktor politik itu kemudian menyebabkan perekonomian Indonesia tidak meyakinkan.
"Kata-kata tidak meyakinkan inilah yang kemudian mendegradasikan kredibilitas kita yang tercermin pada melemahnya mata uang rupiah," tutur Fahri.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengimbau masyarakat tetap tenang menghadapi pelemahan rupiah. Sebab, Bank Indonesia telah melakukan intervensi untuk menahan rupiah yang terus merosot.
Caranya, menjaga kebijakan moneter dan makroprudensial, sistem peredaran uang, serta stabilitas sistem keuangan. Bank Indonesia juga telah menyiapkan strategi pengendalian risiko untuk menahan penguatan dolar Amerika yang menyebabkan pelemahan rupiah.