TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio menyatakan krisis di pasar modal seperti tahun 1998 tidak akan terulang lagi. Hal ini menanggapi anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG selama beberapa hari terakhir.
"I believe no, tidak akan terjadi seperti 1998," kata Tito saat konferensi pers di gedung BEI, Jakarta Selatan, pada Kamis, 26 April 2018.
Tito optimistis krisis sepuluh tahunan itu tidak akan kembali terulang. Sebab, kondisi pasar modal saat ini jauh berbeda dengan kondisi saat krisis 1998 dan 2008.
Hal itu terbukti dari kinerja keuangan emiten BEI yang terbilang sehat dibandingkan dengan saat krisis. Pada 2017, sebanyak 47 persen emiten mencatat laba bersih dan pendapatan sebesar 20 persen. Rata-rata dividen juga tumbuh 3 persen pada tahun lalu.
Baca: BEI Sebutkan 3 Tantangan Pelaku Pasar Modal Indonesia di 2018
Sepanjang 2018, rata-rata pendapatan 48 emiten tumbuh hingga 21,15 persen. "Kalau emiten jelek, baru krisis. Data 1998 sebanyak 75 perusahaan rugi, sekarang 75 perusahaan untung," ucap Tito.
Selain itu, menurut Tito, investor aktif di pasar modal kian meningkat menjadi 40 ribu tahun ini dibanding tahun lalu yang hanya sebanyak 31 ribu investor per hari.
Kemarin, IHSG ditutup melemah 170,65 poin atau 2,81 persen menjadi 5.909,19, sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 34,97 poin (3,57 persen) menjadi 943,29.