TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia atau BEI Tito Sulistio menilai anjloknya indeks harga saham gabungan (IHSG) disebabkan oleh ketidakpastian global. Pernyataan itu menanggapi IHSG yang ditutup menyentuh angka 5.909,19, yakni turun 2,8 persen atau 170,65 poin pada Kamis, 26 April 2018. Merosotnya IHSG itu terjadi sejak beberapa hari terakhir.
“Karena pasar global ada uncertainty (ketidakpastian) akibat Trump Effect,” ucap Tito dalam konferensi persnya di gedung BEI, Jakarta Pusat, pada Kamis, 26 April 2018.
Simak: IHSG Anjlok Hari Ini, Berikut Sejumlah Penyebabnya
Tito kemudian mengatakan hal serupa pernah terjadi saat Donald Trump memenangi pemilu sebagai Presiden Amerika Serikat. Selama 16-23 Desember 2016, indeks turun hingga 3,9 persen akibat kemenangan Trump. Meski begitu, penurunan tersebut tak berlangsung lama karena IHSG kembali mengalami rebound sebesar 5,35 persen pada 23-30 Desember 2016.
Atas kejadian tersebut, Tito optimistis kondisi anjloknya IHSG ini tak akan berlangsung lama. Menurut dia, IHSG akan mengalami rebound kembali.
Tito juga menyatakan faktor penyebab anjloknya IHSG adalah kenaikan suku bunga Federal Reserve atau The Fed. Meski begitu, kenaikan suku bunga tersebut tidak hanya mempengaruhi Indonesia, tapi juga negara lain.
“Kenaikan suku bunga memang musuh terbesar pasar modal, tapi ini bukan untuk Indonesia saja, negara lain juga,” ucap Tito.