TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore, 26 April 2018, bergerak menguat 51 poin menjadi Rp 13.871 per dolar Amerika Serikat.
"Bank Indonesia yang melakukan intervensi membuat nilai tukar rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar AS," ujar analis PT Valbury Asia Futures, Lukman Leong, di Jakarta, Kamis, 26 April 2018.
Baca juga: Fadli Zon Sebut Depresiasi Rupiah Sudah Membahayakan
Menurut dia, Bank Indonesia (BI) melakukan operasi pasar dalam rangka menjaga fluktuasi rupiah agar tidak terlalu bergejolak akibat meningkatnya optimisme pelaku pasar uang terhadap kenaikan suku bunga The Fed. "Dengan fluktuasi rupiah yang stabil diharapkan tidak mengganggu aktivitas ekonomi nasional," katanya.
Di sisi lain, Lukman melanjutkan, apresiasi rupiah juga terbantu oleh ekspektasi pertumbuhan ekonomi nasional yang masih akan terus berlanjut seiring dengan masih dipertahankan suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate. "Suku bunga kita cukup mampu menjaga pertumbuhan ekonomi dan menahan tekanan eksternal," ujarnya.
Ke depan, Lukman mengatakan sejumlah data ekonomi dari dalam negeri akan dirilis, di antaranya laju inflasi periode April dan sejumlah data lain. Diperkirakan inflasi masih relatif stabil sesuai dengan target pemerintah. "Inflasi yang stabil akan mengkonfirmasi kondisi ekonomi kita kondusif."
Adapun kurs tengah BI pada Kamis, 26 April 2018, mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp 13.930 dibanding posisi sebelumnya Rp 13.888 per dolar Amerika.
ANTARA