TEMPO.CO, Jakarta - Chief Economist and Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan mengatakan di tengah volatilitas global, kinerja pasar finansial Indonesia diperkirakan masih akan positif hingga akhir 2018. Ia pun mengimbau masyarakat dan investor agar tidak panik.
"Beragam faktor dalam negeri turut mendukung pemulihan ekonomi Indonesia, seperti peningkatan belanja pemerintah dan ekspansi subsidi yang menopang daya beli, serta pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)," ujar Katarina dalam keterangan tertulis, Kamis, 26 April 2018.
Baca: Bank Muamalat Klaim Diincar Investor Malaysia hingga Timur Tengah
Volatilitas global yang dimaksud berupa rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed, kebijakan proteksionisme AS, dan kondisi geopolitik di Suriah. Dampaknya dapat dilihat pada pelemahan nilai tukar rupiah yang terhitung pukul 17.10 WIB hari ini berada pada posisi Rp 13.874 per dolar AS. Pasar saham juga turun 2,81 persen ke posisi 5.909,19.
Meski begitu, Katrina menganggap bank sentral di kawasan Asia akan tetap menjaga suku bunga rendah di tengah kenaikan Fed Rate. Kebijakan itu bisa dilakukan, menurut dia, karena adanya stabilitas inflasi, sinkronisasi pertumbuhan global, dan prioritas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, ketegangan dagang antara Amerika dan Cina juga diprediksi tidak akan berkembang menjadi perang dagang. Katrina pun menyebut eksposur perdagangan negara-negara Asia ke Amerika masih cukup terkendali. "Jika ketegangan meningkat, terdapat potensi bahwa daya saing produk Indonesia akan meningkat dan memberikan keuntungan bagi kita," tutur Katrina.
Katrina juga mengatakan, ketegangan geopolitik di Suriah justru berpotensi meningkatkan PDB Indonesia. Soalnya, ketegangan itu kemungkinan akan mengakibatkan kenaikan harga minyak. Bank Indonesia pun telah berkomitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sebagai upaya meredam volatilitas pasar finansial.
Berbagai langkah juga sudah dilakukan pemerintah dalam rangka pemulihan ekonomi, seperti belanja negara yang mencapai 11,2 persen di 2 bulan pertama tahun 2018. Peningkatan daya beli masyarakat juga dilakukan melalui pemberian tunjangan hari raya untuk pegawai negeri sipil (PNS) yang lebih besar, penurunan tarif tol, serta peningkatan penyerapan dana desa. Atas sejumlah langkah-langkah tersebut, Katrina menyebutkan investor tak perlu merasa panik.