TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perdagangan memastikan stok beras, gula dan minyak goreng serta sembilan kebutuhan pokok lainnya mencukupi saat menjelang datangnya bulan Ramadan. Hanya saja harga telur ayam dan daging ayam mulai merangkak naik.
Inspektur Jenderal (Irjen) Perdagangan Kementrian Perdagangan, Srie Agustina, saat meninjau Gudang Bulog Divisi Regional (Divre) Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) mengatakan secara umum kenaikan tersebut masih normal. "Kebutuhan cukup hanya saja ada potensi kenaikan pada harga telur dan daging ayam," katanya, Kamis, 26 April 2018.
Baca: Mendag Jamin Tidak Ada Kenaikan Harga Pangan Menjelang Ramadan
Salah satu sebab kenaikan harga itu, kata Srie, adanya kebiasaan menjelang bulan Ramadan, masyarakat Indonesia senang melaksanakan kegiatan munggah atau kenduri. Meski begitu, pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perdagangan menyatakan tetap concern terhadap stabilisasi atau pengendalian harga dan ketersediaan bahan kebutuhan pokok, utamanya menjelang bulan puasa dan lebaran.
Bahkan, Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukito, telah membagi langsung tugas seluruh eselon I untuk terjun langsung dibantu pemerintah daerah setempat termasuk divisi regional Bulog dalam mengawal bahan kebutuhan pokok. "Tim stabilisasi dan pemantauan harga terbentuk 34 Provinsi di Indonesia salah satunya Sumsel," ujarnya.
Saat ini harga telur di pasar dan toko di Palembang telah melampaui batas harga normal Rp 20 ribu per kilogram. Dari pantauan tim Kemendag, harga telur ayam Rp 22.500, sedangkan daging ayam pada kisaran Rp 35 ribu - 36 ribu per kilogram. Namun Srie menjamin harga tersebut masih wajar dari harga acuan pemerintah.
M. Yusuf Salahudin, kepala divisi regional Bulog Sumatera Selatan dan Bangka Belitung mengatakan kebutuhan puasa dan lebaran cukup jika dilihat dari kapasitas lebih kurang 100 ribu ton. Artinya, dapat memenuhi kebutuhan Sumatera Selatan dan Babel sampai 25 persen yang jumlahnya sekitar 20 ribuan ton.
Menjelang Ramadan ini juga, Yusuf menjelaskan, pasokan beras di Sumatera Selatan berasal dari eks dalam negeri yang diperoleh dari panen Sumsel plus panen dari Sulawesi Selatan dan Jawa Barat. Selain itu juga ditambah dengan ex import masuk dari DKI lewat lampung. "Daging beku juga stoknya sangat cukup," kata Yusuf.