TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudistira Adhinegara, mengingatkan agar direksi PT Pertamina (Persero) baru menekan kerugian Pertamina akibat penyaluran bahan bakar minyak atau BBM satu harga. Bila tidak, utang Pertamina makin membesar dan lambat laun menggerus pendapatan perusahaan pelat merah itu.
"Ini butuh ketegasan direksi baru," kata Bhima saat dihubungi Tempo, Senin, 23 April 2018.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menunjuk Nicke Widyawati sebagai pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama Pertamina menggantikan Elia Massa Manik. Keputusan diambil dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) Pertamina pada Jumat, 20 April 2018.
Simak: Gonta-ganti Direksi, Bisnis Pertamina Bakal Terhambat
Sebelumnya, Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengatakan pemecatan Elia Massa Manik untuk penguatan holding migas.
Selain utang bertambah, investasi Pertamina, terutama untuk eksplorasi sumur baru, berpotensi terganggu. Krisis minyak jangka panjang juga mungkin terjadi.
Direksi Pertamina, kata Bhima, perlu menekan kerugian perusahaan dengan membuka negosiasi mengenai kebijakan penyaluran BBM satu harga. Selanjutnya kebijakan mengenai subsidi BBM yang memberatkan keuangan Pertamina. Bhima mengatakan pemerintah harus mau menambah subsidi BBM sehubungan dengan penyaluran BBM satu harga ke seluruh Indonesia.
Pada 10 April 2018, Direktur Pemasaran Pertamina Muchamad Iskandar mengatakan Pertamina telah menanggung kerugian dari penyaluran Premium dan Solar bersubsidi sebesar Rp 5,5 triliun selama Januari-Februari 2018. Dia merinci, bila dikurangi dengan keuntungan yang diperoleh dari penjualan BBM non-subsidi, total rugi bersih Pertamina selama dua bulan Rp 3,9 triliun.