TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk menargetkan bisa menekan risiko kredit bermasalah atau NPL (Non Performing Loan) PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) di kisaran 2,3 hingga 2,5 persen pada akhir 2018.
Menurut Direktur Utama BTN Maryono, pihaknya selalu berkomitmen terus menurunkan rasio kredit bermasalah. "Sebelumnya, NPL kuartal I 2017 turun dari 3,34 persen menjadi 2,78 persen," ujarnya saat memaparkan evaluasi kinerja dan rencana kerja BTN di Komisi XI DPR, Jakarta pada Senin, 23 April 2018.
Simak: Cicilan KPR Macet, Kredit Bermasalah BTN Naik
Maryono juga memaparkan, sepanjang 2017, BTN mencatat laba bersih sebesar Rp 3,02 triliun. Capaian tersebut tumbuh 15,59 persen secara tahunan dibandingkan Rp 2,61 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara laba bersih BTN pada kuartal I 2018 tumbuh sebesar 15,13 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp 684 miliar. Penopang utama laba BTN berasal dari pendapatan bunga bersih yang naik 16,2 persen menjadi Rp 2,36 triliun.
Untuk penyaluran kredit BTN pada 2017, mencapai Rp 198,99 triliun atau tumbuh 21,01 persen dibandingkan Rp 164,44 triliun pada tahun 2016.
Sementara pada kuartal I 2018, penyaluran kredit BTN meningkat 19,34 persen dari Rp 169,68 triliun menjadi Rp 202,5 triliun. Kredit perumahan menempati porsi sebesar 91,09 perzen dari total kredit sekaligus menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan kredit BTN.
BTN menargetkan pertumbuhan laba bersih terus terjadi pada tahun 2018. Hingga akhir tahun ini, perseroan menargetkan laba bersih tumbuh di atas 25 persen. "Rencana 2018 ini laba bersih naik di atas 25 persen," ujar Maryono.
BTN juga menargetkan total aset tumbuh sebesar 20 persen. Pertumbuhan kredit pada tahun 2018 ini ditargetkan naik antara 22 hingga 24 persen. Sementara pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK), ditargetkan tumbuh antara 19 hingga 22 persen.