TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menilai Nicke Widyawati layak menjadi pengganti Elia Massa Manik sebagai Direktur Utama PT Pertamina. Fahmi mengatakan, penunjukan Nicke sebagai pelaksana tugas (Plt) menjadi pertanda kelayakan itu.
"Saya membaca penunjukan Plt dalam rapat umum pemegang saham mengindikasikan pemegang saham merestui dia (Nicke) sebagai direktur utama definitif," katanya dalam sebuah diskusi di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 21 April 2018.
Jumat lalu, melalui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), Elia Massa Manik resmi dicopot dari jabatannya. Nicke Widyawati kemudian dipilih sebagai pelaksana tugas yang juga merangkap sebagai Direktur SDM. Tak hanya, Elia, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga mengganti beberapa direksi lain.
Baca: Pertamina Klaim Produksi Minyak Kilang Balikpapan Stabil
Deputi Kementerian BUMN Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Fajar Harry Sampurno setidaknya menyebut tiga alasan dari pergantian itu. Pertama, bagian dari percepatan pembentukan perusahaan induk (holding) di sektor minyak dan gas. Kedua, melihat perkembangan dari kasus tumpahnya minyak di Balikpapan. Terakhir, berkaitan dengan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM).
Fahmy menilai Nicke merupakan orang yang tepat untuk menyelesaikan tiga tugas prioritas yang diminta pemerintah. Ketiga tugas itu adalah kecukupan pasokan premium, holding BUMN minyak dan gas, serta pembangunan kilang.
Terlebih, Nicke dinilai mampu menjalankan tugas ketika ditunjuk sebagai Ketua Tim Implementasi Holding Migas. "Saya kira itu prestasi," kata Fahmy.
Selain pengalaman menjadi ketua Tim Holding Migas, Fahmy menyebut pengalaman memimpin perusahaan swasta dan BUMN lain, yakni PT PLN menjadikan Nicke sebagai orang yang tepat. "Bekal yang cukup untuk menahkodahi," kata Fahmy.
Nicke Widyawati tercatat sebagai Direktur Pengadaan Strategis 1 PT PLN (Persero) sejak 2009, sebelum masuk ke Pertamina. Sebelum ke PLN, Nicke adalah direktur bisnis di PT Rekayasa Industri (Rekind) dan vice president corporate strategy unit (CSU) di perusahaan yang sama.