TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) optimistis bisa mengelola berbagai risiko stabilitas yang mengancam, terutama yang berasal dari domestik. Hal itu ditunjukkan dari hasil rapat dewan gubernur (RDG) BI yang tidak menyiratkan kekhawatiran terhadap inflasi meskipun harga minyak dunia terus naik.
"Kami sudah merekam semua tekanan, dan masih yakin inflasi di 3,5 persen plus minus satu persen," ujar Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di kantornya, Kamis malam, 19 April 2018.
Simak: Bank Indonesia Kaji Penerbitan Mata Uang Digital
Dody menyebutkan, kondisi makroekonomi Indonesia, semuanya masih di level yang sehat. Defisit neraca transaksi berjalan masih dalam proyeksi BI di angka 2,1-2,5 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Pertumbuhan ekonomi 2018 juga diproyeksikan akan tetap berada di angka 5,1-5,4 persen (yoy), dan 5,1 persen di triwulan I 2018.
Untuk itu, lanjut Dody, di tengah tekanan eksternal, BI masih bisa mempertahankan suku bunga acuan 7-day Reverse Repo Rate di angka 4,25 persen selama tujuh bulan terakhir, dengan suku bunga deposit facility dan lending facility pada level masing-masing 3,5 persen dan 5 persen, keputusan ini berlaku efektif sejak 20 April 2018.
Kebijakan tersebut, lanjut Dody, konsisten dengan upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan di tengah meningkatnya tekanan eksternal. Bank Indonesia memandang pelonggaran kebijakan moneter yang ditempuh sebelumnya, didukung oleh kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran, masih memadai untuk terus mendorong momentum pemulihan ekonomi domestik.