TEMPO.CO, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengaku cukup keberatan dengan keputusan pemerintah memperpanjang jadwal cuti bersama dalam rangka libur lebaran 2018.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio mengatakan pasar mengeluhkan keputusan pemerintah tersebut, sebab bagi pasar modal, liburan yang terlampau panjang menghilangkan banyak momentum transaksi.
Baca juga: Libur Lebaran 2018 Terpanjang dalam 11 Tahun Terakhir
“Internasional bilang kelamaan nih, duit gue mati dong. Kalau bisa protes, saya sih maunya protes, tetapi kan saya ikut pemerintah,” katanya, Kamis, 19 April 2018.
Selain itu, kalangan karyawan pun banyak yang mengeluhkan kebijakan pemerintah tersebut sebab cuti bersama tetap saja memotong jatah cuti tahunan mereka yang minim. Hal tersebut membatasi ruang gerak karyawan untuk menggunakan hak cutinya di hari yang dia inginkan sendiri.
Tito mengatakan banyak bursa di luar negeri yang waktu bukanya jauh lebih panjang dan tidak mengenal libur. Transaksi option sejumlah bursa luar negeri bahkan terbuka 24 jam. Menurutnya, bursa Indonesia pun suatu saat harus seperti itu.
Baca juga: Libur Lebaran 2018 Dimulai 11 Juni, Terlama Sepanjang Sejarah
Sejauh ini, Tito masih menghitung berapa hari bursa efektif tahun ini setelah disesuaikan dengan peraturan cuti bersama yang baru. Memang, pemotongan hari bursa akan turut menggerus pendapatan BEI, tetapi sebagai lembaga non-profit, BEI tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut.
Tito mengatakan, pada prinsipnya BEI siap bila pemerintah bersedia membuka perdagangan hingga 24 jam. “Suruh saja. Begitu disuruh, kita tinggal siapin. Asal ada komitmen,” katanya.
Seperti diketahui, pemerintah melalui surat keputusan bersama tiga menteri tentang hari libur nasional dan cuti bersama tahun 2018 memutuskan libur Lebaran 2018 yang semula 4 hari ditambah 3 hari menjadi 7 hari.