TEMPO.CO, Jakarta - Naiknya peringkat utang Indonesia yang dirilis oleh lembaga pemeringkat Moody’s memberi dampak positif. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, hasil rating utang Indonesia yang meningkat itu menyebabkan penurunan imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN).
“Saat Moody’s (menaikkan peringkat), kami melihat US$ bonds menurun 0,8 basis poin, Euro turun dua basis poin, sementara IDR turun lima basis poin. Itu segera setelah ada pengumuman dari Moody’s,” kata Sri Mulyani di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat pada Senin, 16 April 2018.
Sebelumnya, lembaga pemeringkat asal Amerika Serikat tersebut memberikan kenaikan sovereign rating (rating upgrade) bagi Indonesia, dari Baa3 positive outlook menjadi Baa2 stable outlook atau setara dengan level BBB. Kenaikan rating itu menunjukkan bahwa surat berharga yang diterbitkan Indonesia masuk dalam kategori moderate credit risk dan medium grade.
Baca juga: Penerimaan Pajak Belum Capai Target, Ini Penjelasan Sri Mulyani
Penurunan imbal hasil SUN, kata Sri Mulyani, turun setiap lndonesia mendapat perbaikan peringkat utang dari lembaga pemeringkat. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengatakan, saat lembaga rating Standard and Poor’s (S&P) menaikkan peringkat utang Indonesia pada 2017 lalu, imbal hasil negara menurun hingga 9 basis poin pada denominasi US$. Berkat kenaikan rating itu, Euro bond juga mengalami penurunan imbal hasil tiga basis poin dan IDR series menurun dua basis poin.
Tidak hanya itu, ketika lembaga Fitch menaikkan peringkat utang pada 20 Desember 2017, imbal hasil Indonesia kembali turun untuk obligasi berdenominasi US$ sebanyak satu basis poin. Sementara, untuk obligasi berdenominasi Euro menurun 0,5 basis poin dan IDR menurun hingga sepuluh basis poin.
Dengan turunnya imbal hasil negara, kenaikan peringkat berdampak baik bagi kemampuan Indonesia untuk menurunkan beban utang. Selain itu, Badan Usaha Milik Negara juga ikut kecipratan imbas positif berkat kenaikan peringkat tersebut. “BUMN dapat imbas positif karena dapat yield lebih rendah dan harga lebih kompetitif,” ujar Sri Mulyani.
Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan, Produk Domestik Bruto (PDB) hingga Maret 2018 diasumsikan mencapai Rp 13.891,15 triliun. Dengan asumsi tersebut, pemerintah optimis terhadap perkembangan ekonomi Indonesia yang tumbuh semakin baik pada 2018. Berdasarkan asumsi PDB tersebut, rasio utang pemerintah terhadap PDB per akhir Maret 2018 mencapai 29,78 persen dengan jumlah utang mencapai Rp 2.136,39 triliun. “(Rasio utang pemerintah) masih terjaga di level aman,” kata Sri Mulyani.