TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan, ada tiga solusi mengurai kepadatan penumpang di Stasiun Duri. Solusi itu bersifat jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Untuk solusi jangka pendek, Budi meminta agar perpindahan penumpang dari satu peron ke peron lain dipercepat. Caranya dengan membangun tangga manual. Dengan begitu, penumpang tidak menumpuk di satu peron. Solusi ini dapat dikerjakan selama satu bulan.
"Jangka pendek Stasiun Duri itu memang masalah karena kapasitasnya terbatas, tapi penumpangnya naik signifikan," kata Budi di Stasiun Duri, Jakarta, Sabtu, 14 April 2018.
Baca:Urai Kepadatan, Kereta Bandara Hanya Berhenti di Stasiun Batu Ceper dan Duri
Solusi jangka menengah, yakni menambah peron dari lima menjadi enam. Akan tetapi, implementasinya memakan waktu sekitar satu hingga 1,5 tahun karena harus ada pembebasan tanah terlebih dulu.
Solusi jangka panjang, yaitu kereta bandara tidak melintasi Stasiun Duri. Caranya dengan membangun jalan pintas berupa rel baru. "Jadi Stasiun Duri ini tidak dilalui oleh kereta bandara, tapi jalan pintas dari Tanah Abang langsung Rawamangun," ujar Budi.
Selain membangun jalan pintas, Budi memaparkan, perlu mengubah sinyal kereta dari sistem blok tetap (fixed block) menjadi sistem blok berubah-ubah (moving block). Perubahan ini dinilai dapat mempersingkat jarak waktu antar kereta (headway). "Harus dilakukan. Kalau tidak, nanti terlalu padat," ujar Budi.
Budi menyidak kepadatan penumpang di Stasiun Duri, Jakarta, Sabtu, 14 April 2018. Budi mengatakan, empat warga melapor bahwa kondisi sesak di Stasiun Duri belum teratasi meski sudah menambah satu perjalanan kereta rel listrik commuter line. Kepadatan penumpang di Stasiun Duri terjadi karena frekuensi kereta bandara yang melewati stasiun itu bertambah.