TEMPO.CO, Jakarta -B.R.A. Koosmariam Djatikusumo, 69 tahun, seorang penumpang pesawat Garuda Indonesia yang menggugat karena tersiram air panas, mengaku masih mengalami trauma karena kejadian yang menimpa dirinya di atas pesawat maskapai pelat merah itu.
"Saya masih dalam perawatan psikiater karena trauma. Kalau orang lewat membawa air panas, saya merasa takut," ujar perempuan yang akrab disapa Kus itu di kantor pengacaranya di bilangan Setia Budi, Jakarta Selatan pada Jumat, 13 April 2018.
Baca:Garuda Digugat Penumpang yang Tersiram Air Panas Rp 11 Miliar
Mengenakan kemeja berwarna putih dipadu rompi batik berwarna kuning, Kus menceritakan, payudara bagian kanannya tersiram dua gelas air panas saat pramugari menyediakan makanan dan minuman saat menumpang di pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan GA-264 dengan rute dari Bandara Soekarno Hatta-Jakarta menuju Bandara Blimbingsari Banyuwangi pada 29 Desember 2017.
Kronologisnya, teman yang duduk di sebelahnya memesan dua gelas teh panas untuk mereka berdua. Saat hendak memberikan pesanan, Kus sedang tidur. Pramugari bermaksud memberikan dua gelas teh itu kepada teman Kus yang duduk di sebelah kanan kursi seat 2-2 itu. Rupanya, dua gelas teh panas itu menyenggol kepala Kus dan air panas pun tumpah mengenai leher dan dada sebelah kanannya. "Kata teman saya, pramugari itu sambil mengobrol dengan temannya saat memberikan teh," ujarnya.
Sontak Kus pun terbangun dan menjerit kepanasan. Saat itu juga, jelasnya, pramugari yang dimaksud meminta maaf sambil menangis dan mengelap bagian tubuh Kus yang terkena teh panas. "Kemudian saya diberi obat oles," ujarnya.
Pesawat baru satu jam kemudian akan mendarat. Kus mengatakan, dia memakai selimut untuk menahan rasa nyeri karena payudaranya tersiram air panas. Sejam kemudian, pesawat mendarat di Banyuwangi. Dia dipapah oleh petugas Garuda dan dibawa ke rumah sakit terdekat. "Jaraknya sekitar 15 kilometer, tapi hampir satu jam baru sampai karena jalannya jelek," ujarnya.
Baca: Kronologi Penumpang Tersiram Air Panas Versi Garuda Vs Pengacara
Sesampai di rumah sakit itu, ujarnya, kulit payudaranya sudah memerah dan melepuh. Dari foto-foto yang ditunjukkan kepada Tempo, sebagian kulit payudara sebelah kanan terkelupas dan berwarna merah. "Saya diberi salep, dikompres, dan luka dicuci dengan air infus. Karena di sana itu rumah sakit kecil," ujarnya.
Payudara Kus terpaksa harus ditutupi perban selama 14 hari dan tidak boleh terkena air. Beberapa hari kemudian, Kus kembali ke Jakarta pada 4 Januari 2018. Dia kembali menjalani pengobatan didampingi petugas Garuda dan semua biaya pengobatan ditanggung pihak Garuda. "Saya yang menelpon, seolah pengemis. Mereka memang mau mendampingi, tapi pasif," ujarnya.
Corporate Secretary Garuda Indonesia Hengki Heriandono menjelaskan kepada Tempo, Kamis, 12 April 2018, kejadian tersebut merupakan tindakan yang tidak disengaja dan Garuda telah meminta maaf dan melakukan hal-hal yang diperlukan sebagai bentuk pertanggungjawaban.