TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak melemah sebesar delapan poin menjadi Rp 13.745 per dolar AS. Angka itu melemah dibanding posisi sebelumnya Rp 13.737 per dolar AS.
Kepala Riset Monex investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa dolar AS menguat menyusul ekspektasi pasar terhadap data inflasi Amerika Serikat meningkat. "Dolar AS punya potensi melanjutkan penguatan jika data inflasi AS dirilis sesuai estimasi," kata Ariston, Rabu, 11 April 2018.
Baca: Analis Perkirakan Rupiah Kembali Bergerak Melemah
Ariston menambahkan bahwa dolar AS juga masih ditopang sentimen kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau the Fed pada tahun ini. Masih terbukanya potensi kenaikan suku bunga akan membuat dolar AS terapresiasi.
Sementara itu, ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan bahwa nilai tukar rupiah masih bergerak cennderung stabil seiring kemungkinan kembalinya investor asing ke pasar obligasi dan saham dalam negeri. "Aksi investor asing itu setelah meredanya isu perang dagang pasca pidato Presiden Cina, Xi Jinping di konfrensi Boao yang mendinginkan suasana," katanya.
Ahmad menjelaskan naiknya penawaran investor terhadap obligasi negara di pasar perdana sebesar Rp 37 triliun dari sebelumnya Rp 35 triliun juga akan dapat menjadi katalis positif bagi kurs rupiah. "Rupiah kemungkinan masih akan bergerak di rentang Rp 13.730-Rp 13.780 per dolar AS," katanya.
ANTARA