TEMPO.CO, Jakarta - Perdagangan nilai tukar rupiah pada awal pekan ini dibuka menguat 12 poin atau 0,09 persen ke level Rp 13.766 per dolar Amerika Serikat dibandingkan dengan posisi akhir pekan lalu, Rp 13.771 per dolar Amerika. Analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta, memperkirakan kurs rupiah masih akan menguat karena ada sejumlah sentimen positif.
Nafan mengatakan, secara domestik, pasar masih berharap hasil data cadangan devisa per Maret pada Jumat lalu sebesar US$ 126 miliar sesuai dengan ekspektasi para pelaku pasar. Ekspektasi pasar yang dimaksud adalah cadangan devisa mampu memberikan katalis positif bagi stabilitas rupiah.
Baca: Bank Indonesia Jaga Pasar, Kurs Rupiah Menguat di Zona Hijau
Bagi perspektif Bank Indonesia (BI), cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ke depannya, BI memandang cadangan devisa tetap memadai seiring dengan terjaganya keyakinan terhadap prospek perekonomian domestik yang membaik dan kinerja ekspor yang tetap positif.
Secara eksternal, hasil dari data US non-farm payroll per Maret pada Jumat lalu, yang ternyata di bawah ekspektasi para pelaku pasar global, diharapkan akan memberikan sentimen positif bagi rupiah. Misalnya, hasil dari data US non-farm employment change yang hanya menambahkan 103 ribu jumlah pekerja baru dari ekspektasi 193 ribu. Sedangkan hasil dari data US unemployment rate ternyata masih stagnan di angka 4,1 persen.
Hanya, hasil dari data US average hourly earnings di angka 0,3 persen sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar. Sementara itu, sentimen perang dagang antara Amerika dan Tiongkok beserta rencana kenaikan tingkat suku bunga The Fed perlu diwaspadai dan diantisipasi para pelaku pasar global. Nafan memperkirakan hari ini kurs rupiah bakal bergerak di kisaran Rp 13.760 hingga Rp 13.785 per dolar Amerika.