TEMPO.CO, Jakarta -CEO Go-Jek Nadiem Makarim ogah bicara soal tarif ojek online antara mitra pengemudi dengan perusahaan teknologi penyedia jasa transportasi online. Dia bungkam ketika ditanya perihal tuntutan kenaikan tarif Go-Jek menjadi Rp 3.250 hingga Rp 3.500 per kilometer yang diusulkan oleh Gerakan Aksi Roda Dua Indonesia (Garda).
“Mohon maaf sekali, saya belum bisa berkomentar. Go-Jek saya sudah datang. Kalau ada ya kami bakal berkomentar,” ucap Nadiem sambil terburu-buru ketika ditemui di Hotel Shangri-La Jakarta, Jakarta Selatan pada Kamis, 5 April 2018.
Sebelumnya, ribuan pengemudi ojek online yang tergabung dalam Gabungan Aksi Roda Dua Indonesia (Garda) menggelar aksi demonstrasi di depan Istana Negara Jakarta pada Selasa, 27 Maret 2018 lalu. Para pengemudi akan meminta aplikator ojek online menaikkan tarif dasar dari Rp 1.600 per km menjadi Rp 3.500 hingga Rp 4.000 per km.
Baca: Kemenhub: Belum Ada Batas Waktu Perubahan Perusahaan Grab Go-Jek
Beberapa orang dari mereka akhirnya berhasil bertemu dengan Jokowi. Salah satu perwakilan pengemudi, M. Rahman T., yang juga Ketua Forum Komunitas Driver Online Indonesia, mengaku mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi pada tukang ojek online kepada Presiden Jokowi, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Ketua Staf Presiden Moeldoko.
"Saya gambarkan bahwa driver pernah merasakan mendapat Rp 4.000 per kilometer. Ke Depok pun, saya bawa sehari-dua hari dapat Rp 1 juta. Sekarang cuma Rp 1.600 per kilometer. Pak Jokowi kaget, kok bisa?" ucapnya saat melakukan orasi di depan Istana Merdeka, Jakarta.
Direktur Angkutan Multimoda Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Cucu Mulyana menjelaskan alotnya penentuan tarif dasar ojek online disebabkan oleh adanya persaingan bisnis antar perusahaan aplikasi tersebut. Selain itu, belum adanya payung hukum juga menyebabkan belum kelarnya permasalahan soal tarif tersebut.