TEMPO.CO, Jakarta -Sebelum ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi terkait investasi perusahaan di Blok Basker Manta Gummy (BMG) Australia pada 2009, Karen Agustiawan pernah masuk daftar 50 perempuan paling berpengaruh versi Majalah Fortune pada 2012.
Di saat itu pula, ia berhasil membawa Pertamina ke peringkat 122 Fortune Global 500. Fortune menilai Karen berhasil mengelola Pertamina dengan membukukan pendapatan sebesar US$ 70 miliar dengan laba bersih US$ 2,7 miliar pada 2012. Laba bersih itu naik 15 persen dari tahun sebelumnya dan menjadi tertinggi dalam sejarah perusahaan.
Peringkat yang dikeluarkan majalah Fortune itu terakhir kali diraih Karen pada akhir 2013. Bahkan peringkatnya naik dari posisi 19 menjadi posisi 6.
Baca: Eks Dirut Pertamina Karen Agustiawan Jadi Tersangka Kasus Korupsi
Adapun Karen sejak 1 Oktober 2014 silam tak lagi menjabat Direktur Utama Pertamina. Karen telah 6,5 tahun menjadi anggota direksi Pertamina. Dia pernah menjabat Direktur Hulu Pertamina selama 1 tahun dan menjabat Direktur Utama selama 5,5 tahun.
Setelah mundur sebagai Dirut Pertamina, Karen Agustiawan mengajar di Harvard. Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan saat itu mengatakan Karen mundur karena sudah berulang kali diminta mengajar di Universitas Harvard, Amerika Serikat.
Karen mengatakan, di Harvard, dia akan memberikan seminar untuk para pengajar. Karen mengaku akan memaparkan potret energi dunia, terutama perubahan pasokan dan harganya, setelah pengembangan gas nonkonvensional di Amerika Serikat.
Karen mencontohkan, pada 2025, Amerika Serikat akan mendapat tambahan pasokan gas alam cair sebanyak 77 juta ton per tahun (million tonnes per annum/MTPA). Tambahan pasokan LNG ini akan mempengaruhi struktur harga gas di Indonesia, Kanada, Australia, dan Mozambik.
Karen berujar, meski tak bergabung di pemerintahan, dia berharap kiprahnya di Harvard bisa bermanfaat bagi pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. "Harapan saya, apa yang saya kerjakan di Harvard ini secara tidak langsung akan menjadi masukan yang sangat baik bagi pemerintahan berikutnya, yaitu Presiden Jokowi," tutur Karen.
Karen lulusan jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Bandung. Lulus pada tahun 1983, Karen memulai kariernya sebagai profesional di Landmark Concurrent Solusi Indonesia sebagai business development manager hingga tahun 2002. Kemudian ia melanjutkan pekerjaannya di Halliburton Indonesia sebagai commercial manager for consulting and project management.
Baru pada 2006, Karen Agustiawan berkarier di Pertamina. Saat itu ia adalah staf ahli direktur utama untuk bisnis hulu. Kemudian, sejak 5 Maret 2008, ia ditunjuk sebagai direktur hulu. Hingga akhirnya pada 2009, para pemegang saham mempercayakan posisi Direktur Utama Pertamina kepadanya.