TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Jokowi menyatakan tak percaya revolusi industri 4.0 akan menggerus banyak lapangan pekerjaan. Menurut dia, kenyataannya justru akan jauh berbeda.
Jokowi mengutip laporan lembaga riset McKinsey Global Institute bertajuk Jobs Lost, Jobs Gained: Workforce Transitions in a Time of Automation yang diterbitkan pada 2017. Laporan itu menyatakan revolusi industri 4.0 akan menghilangkan 800 juta lapangan kerja di seluruh dunia hingga 2030. Kesempatan kerja untuk manusia akan diambil alih mesin dan robot.
"Ini saya enggak percaya," ujar Jokowi di Industrial Summit 2018 di Jakarta Convention Center, Rabu, 4 April 2018. "Kalau yang pesimis saya enggak percaya. Atau paling tidak, rada enggak percaya," katanya lagi.
Simak: Presiden Jokowi Luncurkan Roadmap Revolusi Industri 4.0
Jokowi justru meyakini revolusi industri akan membuka lebih banyak lapangan kerja. Jumlahnya akan melebihi total pekerjaan yang tergerus mesin dan robot.
"Saya percaya bahwa revolusi industri 4.0 akan melahirkan jauh lebih banyak lapangan kerja baru daripada jumlah lapangan kerja yang tadi disampaikan oleh McKinsey akan hilang," ujarnya.
Berdasarkan riset dari lembaga yang sama pada 2015, Jokowi mengatakan dampak revolusi industri 4.0 akan tiga ribu kali lebih dahsyat dari revolusi industri pertama di abad ke-19. "Kecepatan perubahannya akan 10 kali lebih dan dampaknya 300 kali lebih luas," ujarnya.
Untuk menghadapinya, pemerintah sejak dua tahun lalu merancang peta jalan implementasi revolusi industri jilid 4 di Indonesia. Program yang diberi nama Making Indonesia 4.0 itu akhirnya diluncurkan hari ini.
Implementasi Making Indonesia 4.0 akan berfokus kepada lima sektor manufaktur yaitu industri makanan dan minuman, industri tektil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, dan industri elektronik. Di dalamnya terdapat 10 inisiatif untuk memperkuat struktur perindustrian nasional.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto menargetkan implementasi program ini mampu mendorong pertumbuhan PDB riil sebesar 1-2 persen per tahun. "Sehingga pertumbuhan PDB per tahun akan naik menjadi 6-7 persen pada periode 2018-2030," ujarnya. Industri manufaktur diperkirakan akan berkontribusi sebesar 21-26 persen terhadap PDB pada 2030.
Making Indonesia 4.0 juga menjanjikan kenaikan produktivitas eskpor netto. Indonesia diperkirakan mencapai 5-10 persen rasio ekspor netto terhadap PDB pada 2030. Soal lapangan pekerjaan, Airlangga menyatakan akan ada lapangan pekerjaan untuk 7-19 juta orang yang tersedia, baik di sektor manufaktur maupun non-manufaktur pada 2030 sebagai dampaik permintaan ekspor yang meningkat.
Untuk mencapai target tersebut, Airlangga mengatakan penguasaan teknologi menjadi kunci penting. Teknologi seperti internet of things, artificial intelligence, human-machine interface, teknologi robotik dan sensor, serta teknologi 3D Printing akan menopang industri 4.0.
Jokowi mengatakan, revolusi industri merupakan peluang besar jika Indonesia mampu mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapinya. Jika tidak, bukan tak mungkin perubahan di dunia industri ini akan menjadi ancaman.