TEMPO.CO, Tunis - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai sistem keuangan Islam menjadi salah satu segmen yang paling cepat pertumbuhannya dalam industri keuangan global. Dalam satu dekade terakhir, jumlah aset keuangan Islam global tumbuh signifikan, nilainya tiga kali lipat lebih besar sejak krisis keuangan global pada 2008.
Secara keseluruhan, nilai aset perbankan syariah kini mencapai US$ 2 triliun. Adapun aset pasar modal yang menerapkan prinsip Islam menyentuh US$ 400 miliar. “Tren positif ini diprediksi tumbuh melebihi US$ 3 triliun sebelum 2030,” kata Sri Mulyani, Selasa, 3 April 2018, di Tunis, Tunisia.
Baca: Sri Mulyani Teken Beleid Holding Migas, Valuasi PGN Sekitar 38 T
Dalam pertemuan tahunan Islamic Development Bank (IDB) ke-43 di Tunisia, Sri Mulyani menjadi salah satu keynote speaker dalam seminar bertajuk Role of Islamic Capital Markets in Achieving Sustainable Development Goals. Pembicara lainnya adalah Gubernur Bank Sentral Tunisia Marouane Abassi dan Senior Vice President Bank Dunia Mahmoud Mohieldin.
Menurut Sri Mulyani, dengan skema berbagi risiko, keuangan berbasis Islam tidak hanya menarik perhatian negara berpenduduk muslim, tapi juga negara non-muslim. Keuangan Islam juga banyak menyedot perhatian karena memfasilitasi redistribusi sejumlah peluang dan kekayaan.
Itu sebabnya, Sri Mulyani menilai keuangan Islam memiliki peran krusial membentuk masa depan industri keuangan global. “Berbagai upaya untuk memperkuat daya tahan industri keuangan Islam akan meningkatkan stabilitas keuangan dan prospek pertumbuhan ekonomi dunia,” katanya.
Sebagai bagian dari sistem keuangan Islam, penerapan syariah di pasar modal juga menyediakan instrumen investasi berkelanjutan yang berguna bagi pembangunan. Pasar modal yang menjalankan prinsip-prinsip Islam ini, kata Sri Mulyani, menawarkan inovasi dan kolaborasi yang bisa memperluas dan memperdalam pasar.
Namun, segmen pasar modal ini masih harus mengejar ketertinggalannya dari perbankan syariah yang berkontribusi sekitar 80 persen dari seluruh aset finansial global berbasis syariah. “Meski begitu, partisipasi di Islamic capital market telah meningkat, baik dari sisi issuer, investor maupun intermediaries,” ujar Sri Mulyani.
Hal itu menunjukkan trajektori yang positif dari pengembangan pasar modal di masa depan. Terutama untuk memperluas sejumlah ativitas dan transaksi yang berhubungan dengan pertumbuhan pasar modal yang berkelanjutan. Dari sejumlah tren tadi, Sri Mulyani optimistis pengembangan Islamic capital market tetap menjanjikan.
Namun ia mengingatkan sejumlah risiko global yang dapat membahayakan prospek pertumbuhan pasar modal yang menerapkan prinsip Islam. Meski likuiditas global pada 2017 tetap melimpah, Sri Mulyani memperkirakan beberapa pengetatan akan terjadi pada tahun ini. Terutama setelah The Fed berencana mengerek suku bunga dan Bank Sentral Eropa memperlambat laju pembelian aset. Risiko lainnya adalah tensi geopolik di antara negara-negara Timur Tengah yang bisa memperlemah pertumbuhan pasar.
Untuk itu, menurut Sri Mulyani, sejumlah strategi untuk mengatasi tantangan tersebut harus segera dijalankan Antara lain, memperkuat kolaborasi dan koordinasi di antara stakeholders, meningkatkan inovasi dan literasi keuangan publik, serta memperdalam penetrasi pada masyarakat yang belum tersentuh layanan keuangan.
Dewan Gubernur Islamic Development Bank (IDB) menggelar pertemuan tahunan ke-43 di Tunis, Tunisia. Perhelatan yang akan dibuka resmi pada Rabu, 4 April 2018, ini membahas sejumlah isu yang berhubungan erat dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (Suistainable Development Goals/SDGs). Meski pertemuan tahunan resmi dibuka pada Rabu, sejumlah diskusi dengan tema pembangunan berkelanjutan sudah berlangsung sejak Ahad, 1 April 2018.
Selain Menteri Keuangan Sri Mulyani, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber daya Alam Kementerian Bappenas Arifin Rudiyanto hadir dalam pertemuan tersebut. Perhelatan yang akan berakhir pada Kamis, 5 April 2018, ini diikuti sekitar 60 delegasi dan 1.000 peserta, termasuk investor, para pakar, dan pelaku usaha ekonomi.