TEMPO.CO, Tunis—Dewan Gubernur Islamic Development Bank (IDB) menggelar pertemuan tahunan ke-43 di Tunis, Tunisia. Perhelatan yang akan dibuka resmi pada Rabu, 4 April 2018, ini membahas sejumlah isu yang berhubungan erat dengan target pembangunan berkelanjutan atau Suistainable Development Goals (SDGs).
Sesuai tema tahun ini, perhelatan yang dihadiri 57 menteri keuangan dari sejumlah negara yang merupakan anggota Islamic Development Bank membahas peran inovasi dan transformasi teknologi digital dalam menjalin kemitraan pembangunan yang berkelanjutan. “Platform berbasis elektronik akan memobilisasi sumber-sumber pendanaan yang mendukung kemitraan pembangunan berkelanjutan,” kata Presiden IDB Bandar Hajjar, pada Senin siang, 2 April 2018, waktu Tunisia.
Inovasi teknologi bisa mendorong investasi jangka panjang yang berguna bagi sejumlah proyek pembangunan. “Salah satu isu utama adalah berapa dana yang dibutuhkan untuk jangka panjang,” kata Bandar Hajjar. Untuk memenuhi sejumlah target dalam pembangunan berkelanjutan (SDGs), dana investasi yang dibutuhkan setiap tahun mencapai US$ 2,5 triliun.
Pemanfaatan inovasi teknologi digital juga akan berimplikasi pada rantai nilai produk barang dan jasa. Salah satunya di sektor pertanian. Pembiayaan untuk para petani, misalnya, tidak cukup hanya melalui pemberian bantuan pupuk. Itu sebabnya Bandar Hajjar mendorong negara-negara anggota IDB mencari jalan agar pembiayaan dan distribusi hasil panen bisa meningkatkan rantai nilai.
IDB juga tidak hanya fokus pada pembiayaan. “Semata-mata memberikan pembiayaan tidak akan menyelesaikan persoalan,” kata Bandar Hajjar. Menurut dia, IDB harus menjadi fasilitator dengan menyediakan pelatihan agar para petani memiliki masa depan yang lebih baik. Termasuk menjadi fasilitator agar negara-negara yang menjadi anggota IDB memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) pada dua atau tiga sektor tertentu.
Tak cuma meningkatkan rantai nilai, pemanfaatan teknologi digital terbukti bemanfaat bagi perusahaan rintisan maupun pelaku usaha kecil dan menengah. Bandar Hajjar mencontohkan bagaimana negara yang minim sumber daya alam—seperti Jepang, Korea Selatan, dan Singapura—mampu tumbuh menjadi kekuatan ekonomi dunia berkat inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Contoh lainnya adaalah pemanfaatan teknologi di sektor transportasi, seperti Uber. “Teknologi menekan ongkos produksi dan menciptakan banyak pekerjaan,” ujar Bandar Hajjar. Karena itu, ia mendorong para anggota IDB memaksimalkan pemanfaatan inovasi teknologi.
Pada kesempatan yang sama, Bandar Hajjar juga menekannya pentingnya keterlibatan sektor swasta dalam proyek-proyek pembangunan. “Tanpa keterlibatan mereka, pembangunan tidak akan berjalan.” Keterlibatan sektor swata ini dapat memenuhi kebutuhan para anggota IDB. Itu sebabnya, iklim investasi perlu ditingkatkan agar bisa memobilisasi sumber-sumber pendanaan yang bisa mengimplementasikan proyek-proyek pembangunan.
Meski pertemuan tahunan resmi dibuka pada Rabu besok, sejumlah diskusi dengan tema pembangunan berkelanjutan sudah berlangsung sejak Ahad, 1 April 2018. Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Deputi Bidang Kemartiman dan Sumber daya Alam Kementerian Bappenas Arifin Rudiyanto hadir mewakili Indonesia dalam pertemuan ini. Perhelatan yang akan berakhir pada Kamis, 5 April 2018, ini diikuti sekitar 60 delegasi dan 1.000 peserta, termasuk investor, para pakar, dan pelaku usaha ekonomi.