TEMPO.CO, BOJONEGORO - Penyerapan beras yang dilakukan Bulog Sub-Divisi Regional (Divre) III Bojonegoro ke petani, baru mencapai 6700 ton setara beras dari target sebanyak 760000 ton atau masih di bawah 10 persen. Padahal, sekarang ini areal serapan di Bojonegoro-Tuban dan Lamongan (wilayah kerja Bulog Sub-Divre III Bojonegoro), sebagian masih panen.
Menurut Wakil Kepala Bulog Sub-Divre III Bojonegoro Edy Kusuma, pengadaan beras diakui masih minim dan jauh dari target untuk tahun 2018 ini. Tidak dijelaskan, kenapa target untuk pengadaan beras dari petani dari Januari hingga April tahun ini masih kecil. ”Ya, masih di bawah 10 persen,” ujarnya pada Tempo Selasa 3 April 2018.
Baca Juga:
Simak: Impor Beras, Bulog Cuma Dapat 346 Ribu Ton
Dengan ketersediaan beras sebanyak 6700 ton itu, bisa mencukupi kebutuhan sekitar tiga bulan—atau pasca-lebaran pada pertengahan Juni 2018 mendatang. Pihak Sub-Divre Bulog Bojonegoro, tengah mengupayakan untuk meningkatkan pengadaan beras minimal 25 persen pada akhir April ini.”Tentu kita kerja keras untuk pengadaan berasnya,” imbuhnya.
Padahal, areal persawahan di Kabupaten Bojonegoro dan sekitarnya, sebagian masih panen. Terutama sawah-sawah yang berada di pinggir Sungai Bengawan Solo, terutama di 12 kecamatan di Bojonegoro, juga enam kecamatan di Tuban serta tujuh kecamatan di Lamongan. Sawah pinggir sungai di tiga kabupaten ini, melakukan panen dengan jangka waktu panjang, mulai awal Maret lalu hingga sekarang. “Sebagian masih panen di sini,” ujar Saleh, Sekretaris Desa Kebunagung, salah satu desa di pinggir Bengawan Solo.
Sebelumnya Bojonegoro menggelar panen beras yang dihadiri Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di Desa Gedongarum, Kecamatan Kanor, pada Senin, 22 Januari 2018. Dalam panen raya di desa tersebut, ada sekitar 1830 hektare ditambah 5.000 hektare, yang bisa dipanen untuk bulan Februari. Luasan areal panen bisa terus bertambah, mengingat jangka waktunya yang berurutan selama bulan Februari hingga April tahun ini.