TEMPO.CO, Yogyakarta - Ribuan pengusaha konter pulsa yang tergabung dalam Kesatuan Niaga Cellular Indonesia (KNCI) DI Yogyakarta berunjuk rasa menolak kebijakan pembatasan kartu SIM. Kebijakan satu orang dengan nomor induk kependudukan (NIK) e-KTP hanya boleh memiliki tiga kartu SIM dianggap merugikan pengusaha konter pulsa.
“Dengan kebijakan ini yang baru sekitar sebulan berjalan, keuntungan kami saja sudah turun sampai 50 persen. Apalagi jika diteruskan, bisa bangkrut semua,” ujar koordinator aksi dari KNCI DIY, Muhammad Ulil Abab.
Baca juga: Ribuan Konter Pulsa Yogya Demo Kebijakan Pembatasan Kartu SIM
Ulil menuturkan pemberlakuan kebijakan ini membuat para pengusaha tak bisa lagi banyak menjual kartu SIM perdana yang selama ini menjadi ujung tombak meraih keuntungan. “Bagaimanapun, penjualan kartu keuntungannya lebih terasa dibanding keuntungan layanan isi ulang pulsa yang tak seberapa,” katanya.
Ulil mengatakan kebijakan pembatasan pemilikan kartu SIM ini membuat pembelian kartu perdana berkurang drastis. Padahal biasanya dalam satu bulan pelanggan bisa membeli empat sampai lima kali kartu perdana.
Ulil mengkalkulasi, margin keuntungan dari penjualan produk kartu SIM bisa Rp 2.000-3.000 per kartu. Sedangkan untuk layanan isi ulang pulsa, pengusaha hanya memperoleh margin keuntungan Rp 300-500 per isi ulang.
“Konsumen juga rugi karena kebijakan pembatasan ini membuat mereka mendapat produk dengan harga lebih mahal,” ujarnya.
Misalnya untuk penggunaan layanan Internet dengan isi ulang pulsa nomor lama, harga paket dari rata-rata operator bisa mencapai sekitar Rp 22 ribu per isi ulang. Sedangkan jika memakai kartu baru, konsumen cukup menebus Rp 12-15 ribu per kartu saja untuk paket layanan sama.
Ulil mengatakan, dalam sehari, konter pulsa di wilayah perkotaan Yogyakarta bisa menjual 30-100 kartu baru.
Peserta aksi demo lain, Yosi Ariyanto, menuturkan, sejak kebijakan pembatasan kepemilikan kartu SIM itu berlaku, rata-rata pedagang tak berani lagi kulakan kartu baru dalam jumlah banyak. “Nunggu stok habis daripada rugi, enggak seperti dulu pas putaran penjualan kencang. Belum habis, sudah inden barang ke distributor,” katanya.