TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,8 sampai 6,2 persen pada 2022. "Dengan inflasi yang diperkirakan terkendali dalam kisaran 3 plus-minus 1 persen," tutur Agus dalam acara peluncuran buku Laporan Perekonomian Indonesia di gedung BI, Jakarta, Rabu, 28 Maret 2018.
Selain itu, Agus memperkirakan ke depannya kredit perbankan diperkirakan meningkat di kisaran 10-12 persen. Dana pihak ketiga (DPK), menurut dia, juga diperkirakan meningkat sekitar 9-11 persen. "Defisit transaksi diperkirakan meningkat namun masih di bawah tiga persen dari PDB, yaitu sekitar 2-2,5 persen," ujarnya.
Baca: Tahun Politik, Kadin Minta Gubernur BI Terpilih Independen
Meski begitu, Agus mengatakan, dalam pertumbuhan perekonomian ke depannya, Indonesia masih akan dihadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan yang terbaru adalah peningkatan proteksionisme perdagangan.
Agus menyebut hal itu berisiko mengganggu prospek keberlangsungan pemulihan ekonomi global dan perdagangan dunia. "Itu dapat berdampak negatif pada perekonomian Indonesia," tuturnya.
Hal senada pernah disampaikan Kepala Divisi Dana Moneter Internasional (IMF) Departemen Asia dan Pasifik Luis Enrique Breuer, beberapa waktu lalu. Ia menyatakan Indonesia mampu mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 6,5 persen dalam beberapa tahun.
Luis menuturkan potensi pertumbuhan hingga 6,5 persen ada karena Indonesia memiliki banyak populasi muda. Populasi muda ini, kata dia, akan memasuki pasar tenaga kerja setiap tahunnya. Menurut dia, hal tersebut pada akhirnya akan menciptakan potensi pertumbuhan ekonomi. Dan yang perlu dilakukan pemerintah, kata Luis, adalah menciptakan lapangan pekerjaan. “Dengan begitu negara bisa mendapatkan keuntungan dari dividen demografis,” katanya.
Baca berita lainnya tentang BI di Tempo.co.
ADAM PRIREZA | M ROSSENO AJI