TEMPO.CO, Jakarta - Investor menggugat Facebook Inc atas merosotnya harga saham menyusul kegagalan perlindungan privasi karena penggunaan data tanpa izin oleh firma riset yang memiliki hubungan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Jaringan media sosial terbesar di dunia ini digugat di pengadilan federal San Francisco pada Selasa, 20 Maret 2018. Gugatan ini dilayangkan para pemegang saham dalam sebuah class action yang menyatakan mereka menderita kerugian. Kerugian ini diderita setelah pengungkapan bahwa Cambridge Analytica, perusahaan yang berbasis di Inggris, memperoleh informasi profil 50 juta penggunanya.
Saham Facebook turun 5,2 persen menjadi US$ 175,41 pada Senin lalu di New York, menghapus semua penguatan tahun ini. Ini merupakan penurunan intraday terbesar sejak 12 Januari 2018. Saham tersebut turun lagi 2,6 persen pada perdagangan Selasa setelah Bloomberg melaporkan bahwa perusahaan tersebut sedang diselidiki Federal Trade Commission.
Simak: Saham Facebook turun tajam terdampak masalah kerahasiaan data
Gugatan tersebut akan mewakili investor yang membeli saham Facebook sejak 3 Februari 2017—saat Facebook mengajukan laporan tahunan—serta menyebutkan pelanggaran keamanan dan akses data pengguna yang tidak tepat hingga 19 Maret 2018, dua hari setelah laporan New York Times mengungkapkan bagaimana Cambridge Analytica memperoleh data melalui Facebook dan digunakan tanpa "pengungkapan atau izin yang tepat".
"Kami berkomitmen menegakkan kebijakan kami untuk melindungi informasi orang-orang," kata Paul Grewal, wakil penasihat umum di Facebook, seperti dikutip Bloomberg. "Kami akan mengambil langkah apa pun yang diperlukan untuk melihat bahwa ini terjadi."
Sepanjang periode tersebut, "Facebook membuat pernyataan salah atau menyesatkan dan gagal untuk mengakui bahwa Facebook telah melanggar kebijakan privasi data sendiri dengan mengizinkan akses pihak ketiga ke data pribadi jutaan pengguna Facebook tanpa persetujuan mereka," menurut surat aduan tersebut.
Darren Robbins, pengacara sekuritas yang tidak terlibat dalam kasus ini, menyatakan kasus Cambridge Analytics "bermasalah" bagi Facebook dan negara secara keseluruhan.
"Mereka memiliki potensi kesalahan di sejumlah area," ujar Robbins mengenai jejaring sosial melalui telepon sebelum gugatan diajukan. "Apakah kewajiban itu dari pengguna, regulator pemerintah, atau investor, ada implikasi bagi masyarakat mengingat posisi unik yang dimiliki Facebook dalam kehidupan sehari-hari warga Amerika Serikat."
Gugatan para investor terhadap Facebook, tutur Robbins, mungkin dikabulkan jika mereka dapat menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mendorong mereka untuk berinvestasi berdasarkan sebagian informasi palsu, menyesatkan, atau tidak lengkap mengenai praktik yang mungkin telah melanggar masalah privasi pengguna.
BISNIS.COM