TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kartika Wirjoatmodjo mengatakan kerugian dana nasabah yang diduga akibat skimming atau penyadapan data kartu debit di Surabaya, Jawa Timur, tidak banyak. "Paling banter sekitar Rp 150 juta," kata Kartika, yang akrab disapa Tiko, saat ditemui di Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Jakarta, Selasa, 20 Maret 2018.
Pernyataan Tiko menanggapi belasan nasabah Bank Mandiri antre mengurus pemblokiran rekening di kantor Bank Mandiri KCP Surabaya Graha Pena pada Senin lalu. Para nasabah tersebut melakukan pemblokiran rekening karena saldo di rekening mereka raib secara misterius dan diduga akibat skimming. "Kami lihat kemarin asalnya dari satu sindikat, belum ada indikasi laporan dari tempat-tempat lain," katanya.
Baca: Dana Hilang Mendadak, Nasabah Bank Mandiri Blokir Rekening
Lebih jauh, Tiko berharap, nasabah yang saldonya raib secara misterius proaktif melaporkan kerugian yang dialaminya. "Kami harapkan langsung dilaporkan untuk kami ganti dan kartu debitnya kami keluarkan yang baru lagi," ujarnya.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas mengatakan pihaknya tengah menyelidiki kasus duit raib mendadak milik nasabah tersebut. Namun, bila terbukti hilangnya uang nasabah karena praktik skimming, menurut Rohan, pihaknya siap mengganti. "Jika terbukti karena skimming, kami akan ganti uang nasabah yang raib," ucapnya.
Berdasarkan keterangan yang dihimpun Tempo dari beberapa nasabah, rata-rata saldo rekening nasabah yang berkurang secara misterius sebesar Rp 1-2 juta. Adit, salah satu nasabah Bank Mandiri, misalnya, mengaku saldonya berkurang Rp 1 juta lebih.
Hal itu diketahui setelah dia menerima pemberitahuan melalui SMS banking pada Sabtu, 17 Maret lalu. "Padahal saya tidak pernah melakukan transaksi," kata Adit.
Sebelum Bank Mandiri, pekan lalu terjadi pembobolan dana pada puluhan nasabah Bank Rakyat Indonesia atau BRI. Dana milik nasabah BRI Cabang Kediri, Jawa Timur, berkurang akibat dibobol komplotan warga asing.
ANTARA