TEMPO.CO, BEKASI - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebut pemberlakuan sistem ganjil genap di gerbang tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur berbuah positif. Hal tersebut, kata dia, dapat dilihat dari penurunan jumlah kendaraan yang melintas di sepanjang ruas jalan tol Jakarta-Cikampek.
“Saya mengapresiasi dalam beberapa hari ini ada data-data yang menggembirakan,” ujar Budi saat memberikan keterangan pers di posko Green Line mal Mega City, Bekasi Barat, Ahad, 18 Maret 2018.
Semenjak diberlakukan pada Senin, 12 Maret 2018 lalu kepadatan arus lalu-lintas tol Jakarta-Cikampek pada pukul 06.00 sampai 09.00 WIB berkurang hingga 30 persen. Budi juga mengatakan ada peningkatan kecepatan kendaraan sebesar 22 persen.
Simak: Sistem Ganjil-Genap Tol Cikampek Dievaluasi Sepekan Sekali
“Ini menunjukkan ada suatu alur yang sesuai dengan yang dikehendaki oleh perancang di mana semula Bekasi Barat dan Timur menjadi titik kemacetan,” ujar dia.
Selain itu, ada perubahan pola para pengendara yang dinilai positif. Sebanyak 6-11 persen pengendara, kata Budi, memilih untuk berangkat lebih pagi untuk menghindari waktu pemberlakuan sistem ganjil-genap yang dimulai pukul 06.00.
Selain itu para pengendara juga memilih rute lain untuk menuju Jakarta. Budi menyebut rute alternatif yang paling banyak diambil adalah melalui jalan arteri Tambun. Namun, ia mengatakan pihaknya saat ini sedang mengkaji dampak jalur-jalur alternatif akibat sistem ganjil genap.
“Saya sudah minta kepada bu Dirut PT Jasa Marga (Persero) mendata peralihannya ke mana saja,” kata Budi.
Pemberlakuan sistem ganjil genap didasari atas banyaknya kendaraan yang masuk ke tol Jakarta-Cikampek melalui gerbang tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur. Menurut Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Budi Rahardjo per jamnya sekitar lima sampai enam ribu kendaraan memasuki tol Jakarta-Cikampek lewat dua gerbang tol itu di jam-jam sibuk.
ADAM PRIREZA | LANI DIANA