TEMPO.CO, Makassar - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (MLHK), Siti Nurbaya Bakar menyuarakan pengurangan penggunaan sampah plastik di Indonesia. Karena dengan memakai sampah plastik maka itu membebani alam atau lingkungan.
“Harus ada gerakan nasional jika memakai sampah plastik, kita memberi beban ke alam dan bagi lingkungan,” kata Siti Nurbaya saat menghadiri Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) di Anjungan Pantai Losari, Makassar, Minggu 18 Maret 2018.
Simak: KLHK: Jakarta Produksi 70 Ribu Ton Sampah per Hari
Ia menyebutkan bahwa uji coba kantong plastik berbayar yang diterapkan pada 2016 lalu. Hasilnya sangat baik lantaran 55 persen turun disemua retail pada 2017 lalu. “Tapi, problemnya di 2016 harusnya jangan merasa dengan plastik berbayar itu membebani rakyat, itu yang terbalik,” tutur Siti Nurbaya.
Siti Nurbaya mencontohkan persoalan sampah plastik yang sempat viral di media sosial pada 3 Maret lalu di Bali. Sehingga membuat Pemerintah Daerah Bali dan pusat menggelar rapat di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. “Keesokan harinya kan enggak ada lagi sampahnya, artinya sampah itu terbawa arus laut,” kata dia.
Bahkan di Bali sendiri ada 52 tempat pembuangan sampah tak jelas. Sehingga Menteri Siti meminta ke Dirjen segera menangani dan berikan perhatian atau tanda agar cepat diolah. Apalagi ada yang mengatur Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
“Tapi memang problem yang dihadapi masyarakat berpikir, biarlah sampah ada yang penting bukan di halaman rumahnya. Jadi, sindromnya itu harus diubah,” imbuhnya.
Selain itu, pemerintah daerah juga agak susah menyiapkan anggaran untuk sampah. Dengan alasan tak ada pendapatan baliknya. “Seharusnya Ibu-ibu di Makassar produktifkan bank sampah, karena bisa menjadi ATM untuk bayar listrik.”
Menurutnya persoalan sampah memang sangat serius harus ditangani. Meskipun dua pekan lalu, sempat viral di media sosial jika Indonesia juara sampah plastik hasil penelitian orang asing asal Amerika Serikat pada 2015.
“Sekarang sudah banyak perubahan karena dinamikanya sangat tinggi. Misalnya gerakan-gerakan dari komunitas yang luar biasa, yang biasa menolong ekonomi keluarga.”