TEMPO.CO, Jakarta - Strategi pemerintah meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. Salah satunya dengan memudahkan tenaga kerja asing masuk ke Indonesia untuk kemudian diberdayakan di perusahaan rintisan atau startup.
"Sumber daya manusia perlu kita kejar. Pilihan lain adalah memudahkan izin bagi tenaga kerja asing yang banyak masuk untuk bekerja di startup," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Rabu, 14 Maret 2018.
Airlangga menyampaikan, saat ini, berdasarkan Global Competitiveness Report 2017-2018 yang dilansir World Economic Forum, keunggulan Indonesia terletak pada besarnya jumlah penduduk. Potensi tersebut kemudian membuka peluang adanya pasar atas hasil produksi, bisnis dalam rantai pasok, serta kepastian ketersediaan tenaga kerja pendukung investasi.
Baca juga: Pemerintah Siapkan Dana Rp 26,1 M Untuk Startup Capital Tahun Ini
Dia juga mengatakan perkembangan startup di Indonesia terus tumbuh signifikan seiring dengan momentum bonus demografi. Untuk itu, anak-anak muda Indonesia diharapkan dapat menguasai bahasa Inggris, statistik, dan coding.
"Materi ini bisa dipelajari dalam kurun waktu enam bulan, dan Indonesia siap menjadi solusi dalam digital ekonomi," kata Airlangga.
Pemerintah memproyeksikan Indonesia akan menjadi negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada 2020 dengan menargetkan 1.000 technopreneur, valuasi bisnis mencapai US$ 100 miliar, dan total nilai e-commerce sebesar US$ 130 miliar.
Potensi ini tecermin dari 250 juta jiwa, di mana 90,5 juta jiwa di antaranya telah mengakses Internet. Bahkan sekitar 26,3 juta jiwa telah berbelanja secara online.
Saat ini, di Asia Tenggara terdapat tujuh unicorn atau perusahaan startup yang memiliki valuasi di atas US$ 1 miliar. Empat di antaranya dari Indonesia, yakni Bukalapak, Traveloka, Tokopedia, dan Go-Jek.