TEMPO.CO, Jakarta - PT Kereta Api Indonesia (persero) memperkuat antisipasi praktik percaloan tiket kereta api menjelang masa mudik Lebaran tahun ini. Selain mengoptimalkan sistem penjualan tiket secara online, KAI memperketat pengamanan di stasiun dan loket.
Corporate Deputy Director of Passenger Transport Marketing and Sales PT KAI, Mukti Jauhari, mengatakan pihaknya menihilkan kolaborasi jenis Business to Customer (B to C) dalam penjualan tiket angkutan lebaran. Sistem B to C, menurut dia, kerap memunculkan calo karena pendaftar perorangan masih diizinkan.
"Sekarang kami ada 28 agen, sudah berbadan hukum semua. Kita sudah tak B to C ke agen kecil, semua B to B," ujar Mukti di kantornya, Senin 12 Maret 2018.
Simak: Lebaran 2018, PT KAI Tambah 23.752 Kursi Kereta Api
Mukti tak merincikan agen yang dilibatkan KAI dalam penjualan tiket kereta di masa mudik kali ini. Namun, dia menjamin penjualan bisa lebih transparan bila ditangani agen resmi. "Kami B to C hanya di awal dulu, waktu sedang penetrasi pasar. Lalu diberi fee (ongkos), mungkin ada agen kurang puas, sehingga begitu (menjadi calo)."
Dia optimis pembelian via online lebih diminati. Apalagi, KAI tengah menggenjot kapasitas internet di situs resminya demi kelancaran akses pemesanan tiket menjelang masa Lebaran 2018. Kapasitas bandwith (jalur transfer data) sebesar 150 Megabit pers second (MBps) akan dinaikkan hingga 400 MBps. Sistem pengamanan alias firewall di server penjual tiket kereta pun diperbaharui.
Menurut Mukti, percaloan diminimalisir dengan sistem pengisian identitas saat pemesanan tiket. Calo, kata dia, tak bisa membeli secara online dalam jumlah besar untuk dijual ulang.
"Di aplikasi kami, KAI Access misalnya, tiap book (memesan) dan bayar harus ada data identitas. Kalau mau diganti-ganti, ya pemesanan jadi batal dong," ujarnya.
Meski demikian, KAI tak menjamin percaloan hilang sepenuhnya. Executive Vice Presiden PT KAI Daerah Operasi 1 Jakarta, Dadan Rusdiansyah, mengakui tak sedikit penumpang yang masih termakan taktik jasa jual tiket secara manual.
"Ada konsumen yang sulit lepas dari sistem konvesional alias ke loket, yang tak memiliki aplikasi ponsel, atau yang sedang tergesa-gesa saat bepergian," ujarnya pada Tempo.
Oleh karenanya, KAI akan menempatkan 1.339 petugas keamanan internal di dalam kereta maupun di stasiun. Jumlah itu belum termasuk tenaga eksternal dari TNI dan kepolisian di masa mudik Lebaran. "Itu terbuka, tapi ada juga pengamanan tertutup yang bentuknya seperti intelejen, diam-diam memantau (calo). Bisa tangkap di tempat."
Direktur Operasi PT KAI, Slamet Suseno Priyanto, mengatakan pihaknya menetapkan masa angkutan Lebaran selama 22 hari, yaitu pada 5 -26 Juni 2018. Proses pemesanan tiket pun dimulai pada 7 - 24 Maret ini. "Calon penumpang dapat memesan mulai H-90 keberangkatan. Puncak arus mudiknya diperkirakan mulai 13 Juni nanti," kata Slamet.
Adapun Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan menyerahkan pengawasan praktik percaloan tiket kereta api pada penyedia angkutan, yakni KAI. "Percaloan diantisipasi operator. Kementerian fokus ke aspek keselamatan," ucap juru bicara Ditjen Perkeretaapian, Joice Hutajulu.
YOHANES PASKALIS PAE DALE | LANI DIANA