TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Soenoto mengharapkan instansi kementerian saat ini memberi bantuan sehubungan dengan ekspor furnitur dan kerajinan (craft) dalam negeri.
Hingga saat ini, menurut Soenoto, baru dua kementerian berkontribusi dalam kegiatan ekspor furnitur dan kerajinan. Dua kementerian itu, yakni Badan Usaha Milik Negera (BUMN) dan kementerian perindustrian.
Baca: Buka IFEX, Triawan Munaf: Jangan Bahagia Ekspor Bahan Mentah
"Sekitar 14 persen ekspor furnitur dan kerajinan baru dibantu oleh dua kementerian. Jadi kalau 30 kementerian membantu, semua bisa 210 persen," kata Soenoto dalam pembukaan Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2018 di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Jumat, 9 Maret 2018.
Soenoto memaparkan, bantuan yang dimaksud berupa regulasi dan pendanaan. Namun, bantuan yang paling diperlukan adalah regulasi, salah satunya perihal perizinan.
Menurut Soenoto, Indonesia harus bersaing dengan negara lain, seperti Vietnam dan Filipina. Adapun kini tantangan ekspor furnitur dan kerajinan yang dihadapi adalah rumitnya regulasi.
Soenoto mencontohkan, salah satu industri di Surabaya memilih hengkang ke Vietnam karena regulasi yang rumit. "Ada sekitar 40 ribu lebih regulasi yang sungguh sangat mengganggu. Di sini ruwet, di Vietnam tidak," jelas Soenoto.
"Tadi saya ilustrasikan bahwa kalau tidak bisa memberikan regulasi yang segar, please jangan memberikan regulasi yang mengganggu," lanjutnya.
Tahun ini, Soenoto menargetkan, IFEX 2018 dapat menggaet 12,5 ribu pengunjung dan pembeli yang terdiri dari delapan ribu warga lokal dan 4.500 warga negara asing.
Soenoto mengklaim, IFEX merupakan ekshibisi furnitur dan kerajinan terbesar di Asean. IFEX 2018 diikuti sekitar 500 pengrajin lokal dan internasional. Pameran IFEX 2018 berlangsung dari 9-12 Maret 2018 di Jiexpo Kemayoran, Jakarta.
Baca berita lainnya tentang ekspor di Tempo.co.