TEMPO.CO, Jakarta -Para pelaku usaha dalam negeri khususnya yang berorientasi ekspor diminta untuk mempelajari selera pasar negara-negara tujuan ekspor guna memenangkan persaingan yang semakin ketat di pasar global.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda mengatakan bahwa dalam seminar Klinik Produk Ekspor "Peningkatan Daya Saing Produk Furnitur di Pasar Jepang" di Surakarta, Jawa Tengah, pihaknya memfasilitasi pertemuan bisnis serta konsultasi untuk pelaku usaha.
Baca: Buka IFEX, Triawan Munaf: Jangan Bahagia Ekspor Bahan Mentah
"Pelaku usaha harus mampu melihat selera pasar tujuan ekspor. Tidak hanya kualitas produk, tetapi kemasan juga berperan penting dalam memenangkan persaingan di pasar," kata Arlinda, dalam keterangan tertulis yang diterima, Jumat, 9 Maret 2018.
Salah satu hal yang paling penting untuk dikuasai pelaku usaha, lanjut Arlinda, adalah penguasaan dan pemanfaatan teknologi dalam menghasilkan produk yang berkualitas supaya produk tersebut diterima oleh konsumen global.
Seminar Klinik Produk Ekspor merupakan kerja sama Kemendag dengan Japan External Trade Organization (JETRO). Seminar tersebut dilakukan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pelaku usaha Indonesia dalam meningkatkan kualitas produk yang sesuai dengan selera pasar.
Dalam seminar tersebut, salah satu pembicara adalah Chief Executive Officer (CEO) L'Epice Takata Kohei yang merupakan perusahaan konsultan desain di Jepang. Dia memaparkan potensi produk furnitur Indonesia di Jepang, serta hal-hal yang harus diperhatikan agar produk Indonesia dapat diterima di pasar Jepang.
Beberapa catatan yang diberikan antara lain adalah standar dan berbagai ketentuan ekspor ke pasar Jepang. Selain itu, dibahas juga hal yang terkait bahan baku dan tren desain furnitur terkini yang saat ini sangat digemari di Jepang.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Jepang selama lima tahun terakhir periode 2012-2016 tercatat sebesar 17,23 miliar dolar AS pada 2012. Namun pada tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 13,21 miliar dolar AS dengan tren penurunan sebesar 7,11 persen.
Sedangkan pada 2017 nilai ekspor Indonesia mencapai 14,69 miliar dolar AS atau meningkat 11,25 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, nilai ekspor furnitur Indonesia mengalami tren negatif 10,77 persen selama periode lima tahun terakhir. Pada 2017 mencapai 167,59 juta dolar AS. Nilai ini mengalami penurunan menjadi 180,16 juta dolar AS atau turun sebesar 6,98 persen dibanding tahun sebelumnya.