TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf mengingatkan agar pengusaha tidak hanya mengekspor bahan mentah. Triawan mendorong pengusaha ekspor Indonesia dapat bersaing dengan pengusaha asing yang menjual produk jadi atau brand.
"Kita jangan bahagia ekspor bahan mentah. Kelemahan kita tidak bisa bikin brand," kata Triawan usai menghadiri pembukaan Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2018 di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Jumat, 9 Maret 2018.
Baca: Susi Pudjiastuti Kecewa Ekspor Lobster RI Kalah dari Vietnam
Triawan memperkirakan, total pendapatan dari sektor ekonomi kreatif mencapai Rp 1000 triliun sepanjang 2017. Angka itu dirasa mungkin lantaran pendapatan sektor ekonomi kreatif di akhir 2016 sebesar Rp 922 triliun. Akan tetapi, menurut Triawan, angka itu tak maksimal karena pengusaha Indonesia belum mengembangkan produk yang memiliki nilai tambah (added value).
Triawan menyatakan, Indonesia masih terkungkung mengekspor produk mentah. Padahal, ekspor bahan mentah akan merugikan bila produk ekspor tidak memiliki nilai tambah.
Misalnya, Indonesia masih mengekspor biji kopi dengan harga paling mahal Rp 300 ribu per kilogram. Saat biji kopi diolah menjadi bubuk kopi dan dijual kembali di Indonesia, harganya justru melambung jauh. Seperti Starbucks yang menjual kopi di kisaran Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu per cangkir.
"Ekonomi kreatif adalah added value, bukan komoditi," ujar Triawan.
Contoh lain adalah bioskop XXI. Triawan menilai, bioskop XXI sukses membentuk brand. Terbukti bahwa bioskop XXI dapat menghibur masyarakat dan nyaman dikonsumsi. Padahal, bioskop XXI hanya menyewa gedung yang kemudian didesain bagus dan membuat nyaman.
Baca berita lainnya tentang ekspor di Tempo.co.