TEMPO.CO, Jakarta - Uber Technologies Inc tengah mencari pinjaman sebesar US$ 1,25 miliar atau sekitar Rp 17,2 triliun. Perusahaan layanan transportasi online ini sudah mulai mendekati calon kreditur untuk meminjam dana secara langsung, tidak melalui bank. Uber telah menjadwalkan pertemuan dengan para calon investor pada Jumat, 9 Maret 2018.
Uber, yang mencatatkan kerugian sebesar US$ 4,5 miliar pada 2017, terbilang jarang mencari dana lewat cara ini. Biasanya, calon kreditur melihat rasio pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (earnings before interest, taxes, depreciation, and amortization/EBITDA).
EBITDA proforma Uber yang disesuaikan untuk kuartal keempat 2017 ditaksir minus US$ 475 juta. Upaya menarik fasilitas pembiayaan langsung dari kreditur seperti ini sebelumnya pernah dilakukan Uber pada 2016. Saat itu, perusahaan ini mendapat pinjaman senilai US$ 1,15 miliar atau sekitar Rp 15,8 triliun dengan Morgan Stanley sebagai arranger.
Namun pasar disebut merespons positif upaya Uber. Sebelumnya, grup investor yang dipimpin SoftBank Group Corp memberikan valuasi senilai US$ 54 miliar kepada perusahaan itu.
Valuasi tersebut sekaligus menjadikan Uber sebagai perusahaan teknologi yang mendapat dukungan modal ventura terbesar yang tidak melantai di bursa. Selain mempunyai pinjaman yang dilakukan pada 2016, Uber memiliki pinjaman lain sebesar US$ 2,2 miliar.
BISNIS