TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 14 poin atau 0,1 persen ke level Rp 13.776 per dolar Amerika Serikat pada sore hari ini, Selasa, 6 Maret 2018.
Padahal tadi pagi mata uang Garuda dibuka menguat 21 poin atau 0,15 persen ke posisi Rp 13.741 per dolar Amerika. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp 13.738-Rp 13.790 per dolar Amerika.
Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Doddy Zulverdi mengatakan ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter Amerika masih memberikan tekanan terhadap rupiah.
“(Meskipun begitu) tekanan dari rencana pengenaan tarif impor baja dan aluminium oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, serta ketidakpastian politik di Italia, telah mereda,” kata Zulverdi, seperti dikutip Bloomberg.
Baca juga: Rupiah Melemah, Kemenkeu Bertekad Tak Ubah APBN 2018
Sementara itu, Masashi Murata, analis mata uang dari Brown Brothers Harriman di Tokyo, mengatakan masih ada kemungkinan rupiah melemah lebih jauh lagi meski tidak mungkin turun tajam.
“Penurunan rupiah akan terbatas karena Bank Indonesia diperkirakan akan turun tangan saat (rupiah) turun tajam karena bank sentral tidak ingin tekanan inflasi tumbuh karena lemahnya mata uang,” katanya.
Adapun mata uang lainnya di Asia terpantau cenderung bervariasi sore ini. Penguatan mata uang Asia dipimpin oleh won Jepang yang naik 0,56 persen, disusul yen Jepang yang menguat 0,15 persen.
Di sisi lain, pelemahan terdalam dialami peso Filipina yang terdepresiasi 0,15 persen, diikuti oleh yuan Offshore yang melemah 0,08 persen.
Sementara itu, indeks dolar Amerika yang mengukur kekuatan kurs dolar Amerika terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau melemah 0,14 persen atau 0,128 poin ke posisi 89,952 pada pukul 17.10 WIB.
Adapun pada perdagangan Senin, 5 Maret 2018, rupiah ditutup melemah 5 poin atau 0,04 persen ke level Rp 13.762.