TEMPO.CO, Jakarta - Pelemahan rupiah yang terjadi saat ini dinilai membawa dampak buruk bagi sejumlah pihak, salah satunya importir.
Meski demikian, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan apa pun perkembangan moneter yang diakibatkan kondisi global karena asalnya dari eksternal, maka bank sentral, dalam hal ini Bank Indonesia (BI) yang harus mengambil langkah kebijakan.
"Ini peran BI (Bank Indonesia) untuk mengambil langkah-langkah mengembalikan rupiah. Kalau faktor dari dalam atau nasional baru pemerintah yang akan mengambil langkah terlebih dahulu," katanya, Selasa, 6 Maret 2018.
Baca juga: Jadi Ajang Spekulasi, Kurs Rupiah Bisa Tembus 14.000
Nilai tukar rupiah pada pengujung perdagangan kemarin, Senin, 5 Maret 2018, berbalik melemah. Rupiah ditutup melemah tipis 0,04 persen atau 5 poin pada posisi Rp 13.762 per dolar AS, meski dibuka menguat 10 poin atau 0,07 persen ke posisi Rp 13.747 per dolar AS.
Untuk itu, Darmin meminta BI melakukan pengendalian sedari sekarang, meski dirinya tetap memastikan gejolak rupiah yang terjadi saat ini belum dalam taraf mengkhawatirkan.
Dirinya memastikan fundamental perekonomian Indonesia tidak memiliki persoalan. Hal ini dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang tidak terlalu tinggi, tetapi berada di atas 5 persen. Tak hanya itu, inflasi yang memiliki gejolak pangan juga masih terkendali, belum neraca perdagangan yang surplus.
Sementara itu, sejumlah upaya Bank Indonesia saat ini yakni terus memonitor perkembangan situasi global dan melakukan langkah-langkah stabilisasi di pasar valuta asing dan pasar SBN agar volatilitas rupiah tetap terkendali dan sesuai dengan fundamentalnya.